HARTABUTA :
Rabu, 21-11-2023.
Sumber :
https://web.facebook.com/groups/327670604460
 
- Balas
- Bagikan
- Balas
- Bagikan
- Balas
- Bagikan
- Balas
- Bagikan
- Balas
- Bagikan
- Diedit
- Balas
- Bagikan
- Balas
- Bagikan
- Balas
- Bagikan
- Balas
- Bagikan
- Balas
- Bagikan
- Balas
- Bagikan
- Balas
- Bagikan
- Balas
- Bagikan
- Balas
- Bagikan
- Balas
- Bagikan
- Balas
- Bagikan
- Balas
- Bagikan
- Balas
- Bagikan
- Balas
- Lihat Terjemahan
- Bagikan
- Balas
- Bagikan
- Balas
- Bagikan
- Diedit
- Balas
- Bagikan
- Diedit
- Balas
- Lihat Terjemahan
- Bagikan
- Balas
- Lihat Terjemahan
- Bagikan
- Balas
- Bagikan
- Balas
- Bagikan
Sono Puspahadi sedang bersama Setiya Nugraha.
Silsilah Kyai Mojo dan Nyi Marwiyah Mojo ....
 
 Sono Puspahadi
Pembuat
Admin
Hari Gareng
Maaf , Bagan silsilah ini milik admin mas Setiya Nugraha
Bukan milik saya ... 

Bhan S
Makam kyai mojo( muchsin moh. Kholifah) di Jawa tondano mas sono. Trimakasi
Sono Puspahadi
Pembuat
Admin
Hari Gareng
Ada di postingan sebelumnya ....
Coba diperiksa 50 postingan ke belakang pasti ada
Sono Puspahadi
Pembuat
Admin
Sono Puspahadi
Pembuat
Admin
Mbak Sidrotun Naim, mungkin mau menambahkan ? Ini silsilah Nyi marwiyah dari mas Setiya Nugraha
 ? Satu angkatan para Senopati wanita dengan nyi ahadiyah buyut 
Mangkunegoro l .... Sementara nyi marwiyah Mojo dari trah Mangkunegoro l
 dan sekaligus Trah Hamengkubuwono ll.....
Mereka berdua Senopati putri dalam perang Jawa membantu pangeran Diponegoro ...
Sono Puspahadi
Pembuat
Admin
Wah
 jangan-jangan sesama cicit MN l ini antara nyi marwiyah dan nyi 
ahadiyah saling kenal baik ya , mbak sidratun Sidrotun Naim ?
Sono Puspahadi
Pembuat
Admin
Sono Puspahadi
Pembuat
Admin
Sono Puspahadi
Pembuat
Admin
Copy paste : 
Kisah Nyi Marwiyah , Salah satu senopati putri dari Pangeran Diponegoro .......
Sejarah Mistis Alas Krendhawahana
Banyak
 yang percaya, bahwa Kasunanan Surakarta Hadiningrat masih dilindungi 
kekuatan gaib. Kekuatan itu ada di empat arah mata angin.
Untuk
 wilayah Selatan dilindungi Kanjeng Ratu Kencanasari (Ratu Kidul) yang 
beristanakan di Salokadomas (Pantai Selatan). Sebelah Barat dilindungi 
Kanjeng Ratu Mas yang bersemayam di Gunung Merapi.
Wilayah
 Timur dijaga Kanjeng Sunan Lawu dengan Keraton di Gunung Lawu. Dan 
Utara dijaga Kanjeng Ratu Bathari Durga (Bathari Kalayuwati) dengan 
istana di Alas Krendhawahana.
Meyakini
 dijaga dan dilindungi oleh leluhur-leluhur gaib, maka setiap tahun 
Keraton Kasunanan Surakarta mengadakan ritus. Memberi persembahan di 
empat tempat itu.
Menurut
 KRT Kalingga Hanggapura, Juru Penerang Keraton Surakarta, upacara 
sesaji Mahesa Lawung yang diadakan setiap tahun itu sebagai bentuk 
persembahan kepada Kanjeng Bathari Durga.
"Itu
 karena Alas Krendhawahana sebagai tempat bersemayamnya Kanjeng Bathari 
Kalayuwati. Tempat itu tetap disakralkan pihak keraton. Jadi, jika Alas 
Krendhawahana sampai sekarang ini masih terasa angker dan keramat itu 
logis," katanya.
Sementara
 menurut Kusumo Tanoyo, Alas Krendhawahana ini dulu sering digunakan 
untuk menaruh mayat. Mayat-mayat itu hanya diletakkan begitu saja hingga
 bau tidak sedap menyebar kemana-mana dan menusuk hidung. Maka kala itu 
banyak menthok datang untuk memakan bangkai.
"Karenanya,
 tempat itu lantas diberi nama Setra Ganda Mayit (tanah yang berbau 
mayat). Dan yang datang ke sini adalah Bathari Durga," jelas Kusumo 
Tanoyo.
Kusumo
 Tanoyo juga menuturkan, dari masalah rupa Kanjeng Bathari Durga 
(Bathari Kalayuwati) yang semula amat jelita. Karena melakukan 
perselingkuhan, dia menjelma menjadi raseksi (raksasa perempuan) yang 
wajahnya amat menyeramkan. Dia memutuskan untuk tinggal di Setra Ganda 
Mayit membawahi para lelembut dan siluman.
Situs Mistis
Tidak
 jauh dari Punden Bathari Durga di bawah pohon beringin besar yang biasa
 digunakan sebagai tempat pelaksanaan sesaji Mahesa Lawung, terdapat 
sendang (sumur) Sihna dan Batu Gilang Selakandha Waru Binangun. 
Kedua-keduanya diyakini sebagai sebuah tempat keramat dan angker.
Menurut
 Wiryo Dimejo, sendang Sihna ini dulu merupakan tempat pesiraman (mandi)
 dari Sri Susuhunan Pakoe Boewana VI sampai Pakoe Boewana X, ketika 
sedang berada di Alas Krendhawahana. "Dan di tempat inilah Pangeran 
Bangun Tapa (Pakoe Boewana VI) pernah mendapatkan wahyu," katanya.
Karena
 kekeramatan sendang Sihna ini, lanjut Wiryo Dimejo, sampai sekarang 
banyak didatangi orang dari berbagai pelosok daerah untuk mengambil 
airnya. Ada kepercayaan yang berkembang, air sendang Sihna itu bisa 
digunakan penawar berbagai jenis penyakit. Selain dipercaya bisa membuat
 awet muda.
Tentang
 sendang (sumur) Sihna yang sampai sekarang masih dikeramatkan itu, 
Kusumo Tanoyo menjelaskan, bahwa tempat itu sudah tersirat dalam Serat 
Sudamala. "Afdolnya, air sendang Sihna itu digunakan untuk kaum wanita. 
Lebih-lebih bagi mereka yang sedang mempunyai masalah," ujarnya.
Begitu
 juga dengan Batu Gilang Selakandha Waru Binangun, yang letaknya hanya 
15 meter dari sendang Sihna. Sampai sekarang batu itu dipercaya masih 
amat keramat dan angker. Di tempat ini banyak orang melakukan berbagai 
panuwunan (permintaan).
Menurut
 Kalingga, batu gilang itu semula digunakan oleh Pakoe Boewana VI, 
Pangeran Diponegoro, dan RT Prawiro Digdoyo (Bupati Gagatan). Juga para 
senapati perang melakukan pertemuan rahasia guna mengatur siasat atau 
strategi menghadapi penjajah Belanda.
Karena selalu diikuti mata-mata Belanda, akhirnya Pakoe Boewana VI mengelabuhi dengan alasan berburu di Alas Krendhawahana.
Tentang
 Batu Gilang Selakandha Waru Binangun, menurut Kusumo Tanoyo, semula 
letak batu itu memang tinggi. Namun setelah batu itu dibuatkan pagar 
oleh R.Ay Sumirah dari Trah Kedung Gubah tahun 1978, maka letak batu 
gilang itu ambles. Sekarang nyaris rata dengan tanah dan posisinya 
miring.
ijelaskan
 Kusumo Tanoyo, pertemuan rahasia antara Pakoe Boewana VI, Pangeran 
Diponegoro, dan RT Prawiro Digdoyo di batu gilang itu akhirnya 
melahirkan dua senapati perang wanita. Dia adalah Dewi Mariyah dan Dewi 
Marwiyah.
"Dewi
 Marwiyah akhirnya gugur dalam peperangan saat naik kuda dan melompati 
sungai yang sekarang dikenal sebagai Kedung Gubah di daerah Ceper, 
Klaten. Jasadnya dimakamkan di Desa Makamhaji, Kecamatan Kartasura, 
Kabupaten Sukoharjo,"
Sono Puspahadi
Pembuat
Admin
Copy paste : 
Cerita buat anak bangsa.......
Lahir
 dengan nama BRM Sapardan, pada hari Minggu Wage, 26 April 1807 Jam 2 
pagi. Beliau adalah Putra Susuhunan Pakubuwono V dan Cucu Susuhunan 
Pakubuwono IV. Sejak kanak kanak dekat dengan Eyang Dalem, bahkan 
menjadi kekudangan (harapan) agar kelak kemudian menjadi raja yang mampu
 mengusir penjajah dan mengembalikan kejayaan seperti dizamannya Leluhur
 Dalem Sultan Agung dan Hayam Wuruk. Kekudangan mana oleh Ayahanda PB V 
diwujudkan dalam Tembang Dandanggula :
Putraningsun pindha Dewa Aji
Hayu kadya suryaning wanodya
Deg pidegsa sarirane
Nora prakosa bakuh
Kukuh jinongko hing Ywang Widhi
Wanter santoseng karsa
Suthik yen winengku
Kuwasane liya bangsa
Budidaya mardikane bu Pretiwi
Tekeng tembe wurinya
Tembang
 ini melukiskan sosok beliau yang luhur dan wajah yang bersinar lembut 
dengan perawakan yang tidak berlebihan. Ditegaskan bahwa sudah menjadi 
Kehendak Tuhan, beliau ini memiliki pendirian yang kuat tidak sudi 
dikuasai dan diatur oleh Asing, berusaha memerdekakan tanah air hingga 
akhir hayat.
Nata Luhur Gung Hamrabawani
Bawana Pinaku Bangun tapa
Pandhita Ratu harane
Rukun sawiji tuhu
Tetaline kawula Gusti
Ginugah hing Ywang Suksma
Humangsah prang kalbu
Buntu tatap titimasa
Mapan pinastheng weca jumeneng dadi
Tetunggulipun Bangsa
Sebagai
 raja agung berwibawa yang berjiwa pandita pertapa, atas dasar kebaktian
 kepada Tuhan, beliau mengupayakan kerukunan bawahan dan atasan untuk 
menghadapi perang lahir dan batin. Meskipun belum saatnya dapat 
memerdekakan bangsa, namun yang pasti menjadi pahlawan perintis 
kemerdekaan.
Sedemikian
 dekatnya dengan Eyang Dalem sehingga ditahun 1817 ketika masih berumur 
10 thn, beliau diajak menyaksikan dimana Pakubuwono IV berperang melawan
 Kolonial Inggris. Jadi sejak kecil didalam jiwa beliau sudah tertanam 
perjuangan melawan penjajah. Beliau naik tahta pada usia 16 tahun yaitu 
pada Hari Senen Kliwon, 15 September 1823. Setelah menjadi raja, sudah 
pasti apabila beliau mewujudkan dalam tindakan nyata untuk melanjutkan 
perjuangan Eyang Dalem mengusir penjajah. Namun ada yang tidak puas 
dengan pengangkatan ini yaitu Pangeran Purbaya, adik dari Pakubuwono V, 
yang merasa dirinya lebih pantas menggantikan kakaknya dengan alasan 
keponakannya masih terlalu muda. Inilah dalam kisah nanti yang menjadi 
penghambat dalam perjuangan.
C. PENGATUR STRATEGI DIBELAKANG LAYAR.
Ketika
 itu sebagai seorang raja, yang dikenal sebagai pemuda yang memiliki 
semangat tinggi, beliau merasa gerak geriknya sangat diawasi oleh 
Belanda, sehingga tidak bebas secara terang-terangan mengadakan 
perlawanan. Apalagi masih terikat perjanjian dengan Belanda yang 
dikenakan terhadap Raja Raja sebelumnya pada tahun 1677 (bersamaan 
dengan pengangkatan Amangkurat II), 1702 (pengangkatan Amangkurat III) 
dan 1749 (pengangkatan PB III). Dimana setiap pengangkatan, raja 
dikenakan kewajiban memberi bantuan sejumlah prajurit untuk keamanan dan
 pertahanan. Perjanjian mana berlaku juga terhadap Susuhunan PB VI.
Oleh
 karena keterbatasan gerak gerik, beliau mengadakan kerjasama dengan 
Pangeran Diponegoro yang kebetulan memiliki cita-cita yang sama untuk 
mengusir penjajah.
Kedua
 Patriot ini, berpuluh kali mengadakan pertemuan rahasia di 
Krendhawahana dekat kaliyoso, Guwaraja lereng Merapi Merbabu, Mancingan 
pesisir laut selatan, Padhepokan Jatirogo daerah Tanjung Anom, dll 
tempat rahasia dalam rangka mempersiapkan peperangan melawan penjajah. 
Ditempat tempat rahasia inilah beliau menyempatkan bertapa (samadhi), 
menapak tilas kebiasaan para raja leluhur, yaitu Sanjaya, Syailendra, 
Smaratunggadewa, Rakai Pikatan, Erlangga, Jayabaya, Kertanegara, Wijaya,
 Hayam Wuruk dan Brawijaya.
Inti hasil pertemuan adalah :
1. Pertempuran akan dikobarkan serentak keseluruh pelosok tanah Jawa.
2. Pangeran Diponegoro menghimpun kekuatan dari para petani, santri dan segenap lapisan rakyat.
3.
 Susuhunan Pakubuwono VI mengerahkan bantuan berupa dana, logistik, 
senjata, prajurit dan segala kebutuhan peperangan, baik secara langsung 
maupun melalui perintah kepada para Bupati didaerah.
4.
 Agar peran Susuhunan Pakubuwono VI tidak diketahui oleh Belanda, perang
 akan dipimpin dan dikobarkan oleh Pangeran Diponegoro. Kyai Maja selain
 penasehat merangkap sebagai penghubung antara PB VI dengan P. 
Diponegoro.
5.
 Susuhunan Pakubuwono VI tetap berada dibelakang layar, sampai pada 
saatnya tampil kedepan apabila konsolidasi seluruh rakyat di P. Jawa 
telah terbentuk cukup kuat dan ketika Belanda mulai melemah.
Sono Puspahadi
Pembuat
Admin
Lanjutan :
D. PERANG DIKOBARKAN.
Perang
 berkobar dengan dahsyat mulai tahun 1825 meliputi seluruh Jawa Tengah 
dan sebagian Jawa Timur. Sedemikian dahsyatnya, bangsa bangsa di Eropa 
waktu itu menyebut dengan Perang Jawa. Sedangkan peristiwa diterjangnya 
makam keluarga Pangeran Diponegoro oleh pembangunan jalan untuk 
kepentingan Belanda, sebagaimana ditulis didalam sejarah versi Belanda, 
sebenarnya hanyalah momentum untuk mengawali peperangan. Jadi peperangan
 sudah dipersiapkan jauh sebelumnya secara matang oleh Susuhunan bersama
 Pangeran Diponegoro. Oleh karena itu gebrakan ini betul betul Belanda 
menjadi kewalahan dan kalang kabut.
Dapat
 dipahami bahwa tidak mungkin perang dapat berkobar demikian dahsyat 
tanpa dukungan material, personal dan spiritual dari Pakubuwono VI. 
Dukungan material dapat dikatakan tak terbatas mengingat Kasunanan 
adalah penerus dan pewaris dari kerajaan kerajaan sebelumnya mulai dari 
Mataram Kuno, Kahuripan, Kediri, Singosari, Majapahit, Demak, Pajang, 
Mataram hingga Surakarta Hadiningrat. Tidak hanya makanan, perbekalan 
dan anggaran, juga termasuk pusaka yang diantaranya adalah :
·
 Keris Kyai Sandhanglawe dan panah Kyai Sirwinda kepada Pamanda Pangeran
 Diponegoro. Dalam menggunakan panah supaya disertai sasanti : 
“Sirwinda, nuncepa gundhule Walanda kang hambeg kumawasa”! Dengan 
menggunakan keris inilah P. Diponegoro berhasil membunuh banyak serdadu 
Belanda dipalagan dekat Ringin Growong (Kulon Progo), sehingga tempat 
ini dianggap keramat oleh musuh dengan sebutan “jalma mara jalma mati”.
·
 Pelana kuda Kyai Sabuk Angin lengkap dengan cemethinya kepada Raden 
Ajeng Sumirah. Pusaka ini dapat memacu kuda dengan kecepatan luar biasa 
sambil menerjang musuh dan memusnahkannya dengan cemethi. Termasuk 
kapten Van der Bos menjadi korban ketika berhadapan dengan R.A Sumirah 
(Nyai Kedung Gubah).
·
 Keris Kyai Umbul Ludiro kepada Tumenggung Prawirodigdoyo, yang mampu 
menjadikan banjir darah (umbul ludiro) dikalangan pasukan Belanda.
·
 Dll pusaka yang diberikan PB VI kepada Senthot Ali Basah Prawirodirdjo,
 Imam Rozi (Kyai Singomanjat), RA Kusriyah (Nyai Ageng Serang) dan masih
 banyak lagi.
Dukungan SDM (Sumber Daya Manusia) yang memperkokoh pasukan, tidak ternilai harganya, diantaranya adalah:
·
 Para Pinisepuh Pengageng kraton nan sakti mandraguna, seperti Kanjeng 
Gusti Pangeran Mangkubumi dan Kanjeng Gusti Pangeran Kusumoyudo.
·
 Para Kyai selain Kyai Mojo dan Kyai Singomanjat, yang berperan sebagai 
Manggala Setya, seperti Kyai Singoprono, Kyai Singolodra, Kyai 
Singomangkoro, Kyai Singomanggolo, Kyai Singodipo dan Kyai Singoyudo. 
Barisan Kyai yang memperoleh sebutan Singo tsb diatas, menggambarkan 
singa hutan yang tidak takut siapapun dan siap bertarung sampai ajal, 
artinya musuh harus menemui ajal, kalau tidak dirinya siap menerima 
ajal.
·
 Pasukan Manggala Putri yang pantang mundur, selain RA Sumirah dan RA 
Kusriyah yang telah disebut diatas, mereka adalah RA Akhadiyah, RA 
Marwiyah, RA Marfungah dan RA Murtinah. Fakta membuktikan bahwa 
sesungguhnya barisan Raden Ajeng inilah yang menginspirasi RA Kartini 
dalam perjuangan melawan Belanda melalui tulisan. Justru inilah yang 
membuat Kartini bersedih mengapa tidak sempat berjuang fisik seperti 
Eyang Eyang Putrinya tersebut diatas.
Sono Puspahadi
Pembuat
Admin
Lanjutan :
Jelas
 bahwa tidak mungkin sedemikian besar dukungan SDM disegala lapisan 
rakyat hingga ditingkat Elite, apabila tidak atas prakarsa PB VI sebagai
 penguasa waktu itu. Dari barisan ini saja sudah tidak meragukan lagi 
kesungguhan PB VI dalam upaya mengusir penjajah sampai rela mengerahkan 
kerabat putri putri cantik menyabung nyawa dimedan laga!
Dukungan
 spiritual tidak dapat diabaikan karena beliau sering bertapa memohon 
kepada Tuhan untuk keberhasilan perjuangan, sesuai dengan sebutan beliau
 yaitu Pangeran Bangun Tapa.
Belanda
 telah menghabiskan lebih dari 20 juta gulden dan 15.000 tentaranya 
tewas, yang membuat pemerintahannya didaratan Eropa mengalami 
kegoncangan. Sehingga Belgia dan Luxemburg sebagai negara bagian, 
mengambil kesempatan mengadakan pergolakan, hingga pada akhirnya pada 
tahun 1830 memisahkan diri dari Belanda hingga sekarang. Untuk 
memberikan gambaran berapa banyak 20 juta gulden itu, dapat dibandingkan
 dengan biaya sebesar 50.000 gulden untuk memugar candi Borobudur waktu 
itu. Jadi 20 juta gulden setara dengan biaya untuk memugar 400 candi 
Borobudur! Dari jumlah tentara Belanda yang tewas, 15.000 jiwa adalah 
angka yang berlipat kali lebih besar dari keberhasilan para pejuang yang
 lain dalam menewaskan tentara musuh. Perlawanan Sultan Agung sekalipun,
 tidak sampai menewaskan sepuluh ribu tentara Belanda.
Ketika
 itu kemenangan mutlak sudah diambang pintu. Belanda sudah bangkrut, 
sedang perbekalan dan tambahan kekuatan dari Susuhunan Pakubuwono VI 
untuk pasukan Pangeran Diponegoro mengalir terus, tersebar keseluruh 
medan laga di daerah Surakarta, Yogyakarta, Semarang, Banyumas, Pati 
hingga ke Jawa Timur. Niscaya apabila tidak ada pengkhianatan, beberapa 
tahun kemudian Belanda sudah terusir dari bumi Pertiwi.
E. PENGKHIANATAN.
Namun
 tibalah saatnya kelicikan Belanda berulang kembali, seperti didalam 
perang ini. Diawali dengan persekongkolan Belanda dengan Pangeran 
Purboyo (Adik PB V) yang memang ingin menjadi raja. Dia ini yang 
membocorkan strategi dan rahasia perjuangan serta menghambat segala 
bantuan dari kraton untuk pasukan dimedan laga. Sejak itu perlawanan 
mulai melemah karena dengan cepat Belanda dapat mengetahui rahasia dan 
posisi kekuatan perjuangan, untuk satu persatu ditaklukkan dan dipecah 
belah. Pada gilirannya, lagi lagi berdasarkan informasi dari Pangeran 
Purboyo, malam hari tanggal 5 Juni tahun 1830 terjadi penangkapan 
terhadap Pakubuwono VI di Mancingan (pantai selatan Yogjakarta) sepulang
 dari upaya untuk membangkitkan kembali perlawanan pasca tertangkapnya 
Pangeran Diponegoro tanggal 28 Maret 1830. Beliau dengan masih 
berpakaian penyamaran sebagai orang biasa langsung dibawa ke Semarang 
dan selanjutnya diasingkan ke Pulau Ambon.
Sebagai hadiah dari Belanda, Pangeran Purboyo dinobatkan menjadi Paku Buwono VII.
Sono Puspahadi
Pembuat
Admin
Lanjutan : 
F. BERJUANG TERUS DIPENGASINGAN.
Yang
 mengagumkan ternyata perjuangan PB VI tidak terhenti di tempat 
pengasingan sebagaimana raja raja yang telah dibuang. Beliau masih terus
 mengobarkan perlawanan dengan berjuang ditempat yang baru bersama-sama 
dengan para pemimpin pergerakan di Maluku, antara lain dengan Sultan 
Ternate dan keturunan Sultan Palembang, Mahmud Badarudin, yang dibuang 
di Ternate serta dibantu masyarakat Cina yang dikoordinir nona Kowi 
(anak Kwe Ko Hing).
Ternyata
 tempat pengasingan Pangeran Diponegoro di Manado masih terlalu dekat 
dengan Ambon, terbukti dengan masih berlanjutnya komunikasi perjuangan 
diantara keduanya. Pada akhirnya Pangeran Diponegoro dijauhkan lagi dari
 Ambon dengan ditempatkan di Ujung Pandang.
Perlawanan
 yang tiada hentinya dari Pakubuwono VI membuat Belanda kehilangan akal,
 sehingga pada hari Minggu Pon tgl 3 Juni thn 1849 Susuhunan ditangkap 
kembali oleh Belanda. Selanjutnya esok harinya jam 5.00 pagi, dieksekusi
 oleh regu tembak dengan senjata Baker Rifle yang diantaranya mengenai 
kepala tepat diatas mata kanan. Ini adalah pelanggaran Undang Undang 
Internasional yang disusun di Geneva yang berlaku terhadap Negara 
Penjajah yang isinya tidak boleh membunuh Raja di wilayah Jajahan. 
Mengapa Belanda nekat dan berani membunuh seorang Raja, sebagai bukti 
betapa heroiknya Susuhunan tetap mengadakan perlawanan meskipun sudah 
ditempat pembuangan. Tidak seperti raja raja lain (yang juga diangkat 
sebagai pahlawan) ditempat pembuangan tinggal duduk manis disediakan 
segala kesenangannya oleh Belanda asal tidak lagi melakukan perlawanan. 
Sebenarnya diawal masa pembuangan Susuhunan dicukupi juga segala 
kesenangannya oleh Belanda, tetapi sama sekali tidak terpengaruh. Kalau 
hanya untuk kesenangan duniawi dan apabila beliau berkenan, sudah dari 
dulu diawal menjadi raja apapun bisa didapatkan, tidak perlu mengadakan 
perlawanan terhadap penjajah.
Dikisahkan
 waktu itu diawal pengasingan, Susuhunan merasakan keprihatinan yang 
amat mendalam akibat kegagalan perjuangan. Sebagai Seorang Pertapa 
Agung, kesedihannya menimbulkan iklim buruk bagi serdadu Belanda 
sehingga yang sakit pagi sore mati, yang sakit sore pagi mati. Penguasa 
Belanda menjadi kalang kabut berupaya agar Susuhunan tidak berlanjut 
dalam kesedihan, mencari informasi ke Keraton Surakarta apa yang paling 
disukainya. Maka diserahkanlah kesukaannya yaitu kuda balap hitam besar 
dan sangat tampan yang didatangkan dari Eropa. Tetapi balik kuda inilah 
yang dipakai Susuhunan untuk melanjutkan perjuangan.
Sebagai
 layaknya raja raja besar yang gemar bertapa dan memiliki kawaskitan, 
maka sebelum dieksekusi beliau sempat berwasiat mengingatkan Belanda : 
"Hai penjajah, tunggulah 100 tahun lagi, tiga generasi dari keturunanku 
akan mengusir kalian dari Bumi Pertiwi ini".
Terbuktilah
 wasiat ini dengan tersingkirnya secara de facto seluruh aparat Belanda 
pada tahun 1949, melalui perjuangan bangsa Indonesia dibawah pimpinan 
Ir.Soekarno.
G. SEKILAS ANALISA
Sungguh
 luar biasa keluhuran jiwa Susuhunan PB VI sebagai patriot bangsa yang 
dengan ikhlas mengorbankan jiwa raganya. Beliau berjuang betul betul 
tanpa pamrih; tidak juga meskipun hanya untuk mendapatkan nama baik. 
Terbukti dengan posisinya yang secara diam diam berada dibelakang layar,
 sehingga tidak perlu diketahui oleh siapapun.
Pada
 zaman itu, para raja dan para petinggi Kraton banyak yang mencari 
selamat dan mengikut arus saja. Terbukti dengan Kesultanan Yogyakarta, 
Mangkunegaran dan Paku Alaman, membantu Belanda dengan mengerahkan 
laskar memerangi para Pejuang.
Sesungguhnyalah
 yang disebut dengan pasukan Pangeran Diponegoro, sebenarnya adalah 
prajurit Kasunanan juga yang tersebar dipulau Jawa, yang diperintah oleh
 rajanya melalui para Bupati, untuk membantu Pangeran Diponegoro. Inilah
 yang membuat Belanda keheran heranan, mengapa pasukan Pangeran 
Diponegoro demikian banyak, kuat dan tidak ada habis habisnya. Sedang 
pasukan Belanda sudah habis habisan, termasuk kehabisan akal sehat, 
hingga akhirnya bersekongkol dengan Pangeran Purbaya. Alasan ini jugalah
 kenapa pihak kraton tidak mengungkap sejarah yang sebenarnya terjadi, 
karena pengkhianatan itu dilakukan oleh kerabat kraton itu sendiri yang 
kemudian mendapat hadiah dari Belanda menjadi Pakubuwono VII. 
Sesungguhnya para pembesar kraton sama sekali tidak menyukai 
pengkhianatan ini, terbukti dengan setelah meninggalnya PB VII tidak 
digantikan oleh keturunannya, tetapi oleh adiknya sebagai PB VIII, 
sambil menunggu putra PB VI, BRM Duksino, yang oleh para Sesepuh Kerabat
 kraton disepakati menjadi PB IX. Dari sini tiba saatnya untuk 
mengungkap hubungannya dengan Bung Karno.
Pengganti
 PB IX adalah putra mahkota yang bernama BRM Kusno (lahir tgl 29 Nop 
1866), yang kemudian menjadi PB X (th 1893 s/d 1939) dengan sebutan 
Pangeran Hingkang Wicaksana. Sebagai cucunda PB VI, faham akan 
perjuangan Eyang Dalem yang dengan gigih melawan penjajah, yang harus 
dilanjutkan oleh 3 generasi sesudah PB VI, yang berarti putra PB X lah 
yang akan mengusir Belanda di tahun 1949, yaitu 100 th kemudian setelah 
PB VI dieksekusi di th 1849. Sebagai Raja yang bijaksana dan uninga 
sakdurunge winarah (mengetahui sebelum terjadi), pada th 1900 beliau 
mengambil garwa ampil seorang putri raja Buleleng yang bernama Ida Ayu 
Nyoman Rai. Ketika mulai mengandung Sang Isteri diungsikan ke Surabaya 
dengan didampingi seorang abdi dalem kinasih yang bernama R. Sukemi, 
yang selanjutnya menggantikan sebagai suami Sang Putri. PB X mengetahui 
bahwa putranya yang akan lahir inilah yang dimaksud oleh Eyang Dalem PB 
VI yang akan memerdekakan bangsa ditahun 1949. Tetapi perjuangannya 
tidak lagi didalam keraton, karena disamping kehidupan kraton sangat 
diawasi Belanda, juga karena perlawanan terhadap Belanda sejak era pasca
 PB VI sudah berada diluar keraton. Betul, ditahun 1901 lahirlah Sang 
Fajar yang diberi nama Kusno, yaitu nama beliau sendiri ketika masih 
muda. Kusno inilah setelah dewasa bernama Sukarno yang berhasil memimpin
 bangsa ini mengusir Belanda secara de facto ditahun 1949, yang kemudian
 menjadi presiden RI yang pertama.
Meskipun
 Susuhunan Pakubuwono VI bersama Pangeran Diponegoro belum berhasil 
mengusir penjajah, namun pengaruh Perang Jawa telah berhasil 
menginspirasi dan membangkitkan semangat perjuangan masyarakat luas di 
luar kraton pada generasi berikutnya. Dapat dikatakan sebagai peralihan 
dari perjuangan yang bersumber pada Kraton (Raja) ke perjuangan yang 
bersumber pada Tanah Air (Rakyat). Diawali dengan tumbuhnya pergerakan 
pergerakan sosial, seperti gerakan melawan pemerasan, gerakan ratu adil,
 gerakan samin dan gerakan keagamaan, hingga pergerakan pergerakan 
nasional seperti Budi Utomo, Indische Partij dan Gerakan Pemuda. 
Semuanya merupakan bibit perjuangan yang dilahirkan oleh kepeloporan 
Pakubuwono VI dan Pangeran Diponegoro, hingga berhasil mengusir penjajah
 Belanda secara keseluruhan tepat pada tahun 1949.
Sono Puspahadi
Pembuat
Admin
Coba perhatikan silsilah di atas mas Theo Rustanto....
Ada nama Raden Ajeng Mursilah .....
Theo Rustanto
Sono Puspahadi ah ya maaf kelewat saya,thx mas
Kristanto Susilo
Sono Puspahadi, sejarah tsb baru kali ini sy ketahui. Matur nuwun sdh berkenan berbagi, salam budaya  
 
 
 Sono Puspahadi
Pembuat
Admin
Watu Gilang tempat Sinuhun Paku Buwono Vl bertapa ..
Watu Gilang Selakanda Waru Binangun .....
Sono Puspahadi
Pembuat
Admin
Kanjeng Susuhunan Pakubowono VI. 
Pada
 Kamis Legi 9 Sura 1751 Saka/1824 Masehi, dikisahkan ia berburu kijang 
ke hutan Krendawahono. Hingga sore hari, belum juga ada berita tentang 
keadaann sinuhunnya.
 Padahal seharian berada di dalam hutan yang dikenal wingit dan angker 
itu. Bahkan hingga malam harinya belum da kabar, hingga diberitakan 
hilang ditelan belantara Krendawahono. Kabar menyedihkan itu sampai juga
 ke pihak Belanda. 
Bahkan Residen saat itu, juga merasa kaget.
Di
 tengah hutan Krendawahono, terdapat sebuah batu besar. Di atas batu 
besar itulah Sinuhun Paku Buwono VI sedang duduk bersila. 
Di
 hadapan beliau, duduk bersila pula Pangeran Diponegoro. Di sebelah 
kanan Pangeran Diponegara, duduk Kyai Mojo. Sedang di sebelah kiri, 
duduk Raden Ajeng Sumirah.
Malam
 itu, Banguntapa sedang memberi petunjuk kepada Diponegoro, pamannya, 
tentang cara-cara mengusir penjajah Belanda. Rampung memberikan 
petunjuk, ia memberi berkah kepada Diponegoro, sebuah saka Keraton 
Surakarta berupa keris Kyai Sandanglawe. Kepada Raden Ajeng Sumirah, 
istri Diponegoro, ia memberi pelana kuda Kyai Sabukangin lengkap dengan 
cemeti Kyai Janur. 
Juga
 diserahkan tombak Kyai Tundungmungsuh. Selesai memberikan senjata itu, 
ia mengajak Diponegoro, Kyai Mojo dan Raden Ajeng Sumirah menuju sebelah
 timur, ke bawah pohon beringin putih. 
Di bawah pohon ini Sinuhun Bangutapa bersila lagi di hadapan ketiga priyagung yang juga khusyuk bersila.
Di
 tempat itu, ia menyerahkan lima batang anak panah bernama Kyai Sirwindo
 yang ditempatkan dalam kantung bernama Kyai Karumbo. Sinuhun Banguntapa
 menjelaskan, ketika akan menggunakan panah tersebut terlebih dulu 
diawali dengan mengucapkan santiswara: “Ingsun keplasake Kyai Sirwindo, 
nuncepo gundhule Walanda kang hambeg kumawoso.” Artinya : Kulepaskan 
Kyai Sirwindo, tusuklah kepala Belanda yang angkuh merasa berkuasa.”
Kemudian
 pasukan Diponegoro diberi nama Barisan Bulkiyo olehnya. Selesai 
pertemuan itu, mereka tidak segera pulang dan diteruskan dengan 
sarasehan semalam suntuk di bawah pohon beringin putih. 
Belanda
 tidak mengetahui pertemuan itu, karena memang sengaja disebar khabar 
Sinuhun Banguntapa tersesat di dalam hutan Krendawahono.
Kristanto Susilo
Sono Puspahadi , wah sangsaya tambah pangertosan kula mas. Matur nuwun 

Kristanto Susilo
Menika kala wau kula iseng nuweni serat tilaran. Cocok saestu.
Punapa Banguntapan menika ugi tetenger pepanggenan  rikala Sinuhun Banguntapa lampah tapa? Mtr nwn  
 
 
 Albi Abdulrahman
wah..baru tahu..beda dg yg umum
Said Maz Bedjo
kasan besari guru mursyid satariyah bukan kang











0 comments:
Post a Comment