HARTABUTA :
Sabtu, 23-7-2025.
"MBAH RIYAN / "IBNU HARJO AL-JAWI
Ulama yang Tak Dikenal di Kampungnya"
Di sebuah kampung sederhana di Kudus, hidup seorang lelaki yang tampak biasa-biasa saja. Sehari-hari ia bekerja sebagai tukang bangunan, dan di waktu senggangnya ia kerap memancing di sungai. Warga kampung mengenalnya sebagai sosok sederhana, tanpa gelar sosial atau status keagamaan yang menonjol. Namun, siapa sangka, lelaki ini memiliki kedudukan ilmu yang sangat tinggi di mata dunia.
Dialah Mbah Riyan, yang juga dikenal dengan julukan “Ibnu Harjo”. Di kancah internasional, nama Ibnu Harjo dihormati sebagai seorang ulama mu'alliq dan muhaqqiq—pakar dalam bidang ta'liq dan tahqiq kitab klasik. Kepakarannya diakui banyak ulama dunia. Beliau telah melahirkan karya besar berupa 12 jilid kitab dan lebih dari 100 naskah ilmiah.
Antara Ibnu Harjo dan Tukang Bangunan
Julukan Ibnu Harjo mungkin terdengar asing di telinga masyarakat kampungnya sendiri. Mereka lebih mengenalnya sebagai Mbah Riyan sang tukang bangunan. Ironis, tetapi sekaligus penuh makna: di satu sisi beliau membangun rumah-rumah warga dengan keterampilan tangan; di sisi lain, ia membangun peradaban ilmu dengan pena dan ketekunan intelektual.
Karya-Karya Ibnu Harjo
Sebagai seorang muhaqqiq, Ibnu Harjo tidak hanya menghasilkan catatan kecil, melainkan karya serius yang menjadi referensi penting. Kitab beliau yang pernah al-faqir baca adalah : Al-Istihsan, Haqiqotuhu wa Hujjiyyatuhu. Dan ada beberapa karya beliau yang merupakan ta'liqat, diantaranya :
1. Dilalah Qorinah Al-Muwadlobah ‘Inda Al-Ushuliyyin.
2. Rodd Al-Hadits Al-Dlo’if bi Al-Kulliyyah Fitnah Kabiroh Mu’ashiroh.
3. Is’af Al-Mutholi’ bab Ijtihad, karya Syaikh Mahfudz Al-Tarmasy Al-Jawy (w. 1338 H).
4. Is’af Al-Mutholi’ bab Taqli>d, karya Syaikh Mahfudz Al-Tarmasy Al-Jawy (w. 1338 H).
5. Is’af Al-Mutholi’ bab Aqidah, karya Syaikh Mahfudz Al-Tarmasy Al-Jawy (w. 1338 H).
6. Is’af Al-Mutholi’ bab Tasawuf, karya Syaikh Mahfudz Al-Tarmasy Al-Jawy (w. 1338 H).
7. Tahqiq Al-Kalimat fi Al-Ushul Al-Fiqhiyyat, karya Syaikh Abul Hasan Al-Bakri Al-Syafi’iy (w. 952 H).
8. Tuhfah Al-Nubala’ fi Tafahhumi Hukmi Taqbil Dloroih Al-Auliya’
9. Al-Taufiq Al-Jaliy Bain Al-Asy’ariy wa Al-Hambaliy, karya Syaikh Abdul Ghoni Al-Nabulisy Al-Hanafiy (w. 1143 H).
Karya-karya tersebut menunjukkan luasnya bidang kajian yang beliau tekuni: ushul fiqh, hadis, akidah, tasawuf, hingga perdebatan teologis klasik. Semuanya lahir dari ketekunan dan keikhlasan dalam menjaga warisan ulama.
Kemasyhuran yang Tak Dicari
Karya-karya Ibnu Harjo lahir bukan untuk mencari sorot kamera atau sanjungan manusia. Beliau menulis demi menjaga khazanah ulama klasik agar tetap hidup dan dapat dipelajari lintas generasi. Itulah hakikat seorang alim sejati: ilmunya bukan untuk panggung, melainkan untuk peradaban.
Sebuah Cermin Bagi Kita
Kisah Ibnu Harjo adalah cermin: kemuliaan tidak identik dengan kemasyhuran. Betapa banyak orang yang masyhur di hadapan manusia, namun tiada bernilai di sisi Allah. Sebaliknya, ada pula orang yang tampak sederhana, namun di hadapan Allah dan di mata ilmu, ia sangat agung.
Penutup
Dari tangan seorang tukang bangunan yang juga hobi memancing, lahir bangunan rumah-rumah warga. Namun dibalik itu beliau juga melahirkan karya-karya monumental yang menyeberangi lautan.
Masyarakat kampung mungkin hanya mengenalnya sebagai Mbah Riyan si tukang bangunan dan si hobi mancing. Namun, sejarah akan mengenalnya sebagai Ibnu Harjo, ulama muhaqqiq yang ilmunya melintasi batas negeri.
Ùˆ الØÙ…د للّÙ‡ ربّ العالمين
صلّÙ‰ اللّÙ‡ على Ù…ØÙ…ّد
0 comments:
Post a Comment