Friday, December 19, 2025

Tubagus Pasai Alias Syaich Fattaahillaah

HARTABUTA :

Jum'ah, 19-12-2025 M.

 

Sumber :

https://web.facebook.com/groups/854130474668938/?multi_permalinks=25341125588876086%2C25337644352557543%2C25338700325785279%2C25324880860500559%2C25315218704800108%2C25315386161450029%2C25312386795083299%2C25305905669064745%2C25305239645798014%2C25299012053087440&notif_id=1765665728063210&notif_t=group_highlights&ref=notif

Isi Artikel :

Abu Farrel 
Ikuti

TUBAGUS PASAI ALIAS FATAHILLAH

#ada&Informasi Hipotesis Penelitian Sejarah di Bawah Prof Guilote Menyebutkan Fatahillah = Maulana Hasanuddin (?)
Tagaril/Fagaril, Falatehan (ejaan orang Portugis) Makamnya di Sebutkan ada disebelah Makam Sunan Gunung Jati , Sejarahwan menyebut Beliau asal pasai / Aceh Utara
Nama Falatehan pertama kali disebutkan oleh João de Barros dalam seri bukunya yang berjudul Décadas da Ásia (Dekade-dekade dari Asia).
Ia melaporkan bahwa salah satu kapal brigantin armada Duarte Coelho[en] yang terdampar di Sunda Kelapa, telah diserang oleh pasukan muslim di bawah pimpinan Fatahillah dan membunuh semua laskar Portugis di kapal tersebut.
Adolf Heuken berpendapat bahwa peristiwa terdamparnya armada Duarte Coelho di pantai Kalapa terjadi pada akhir November 1526, jadi penaklukan Fatahillah atas Kalapa mungkin terjadi pada pertengahan bulan November itu.
Barros mencatat bahwa Fatahillah berasal dari Pasai, Aceh Utara, yang kemudian pergi meninggalkan Pasai ketika daerah tersebut dikuasai Portugis. Fatahillah pergi ke Mekkah untuk mempelajari agama Islam, dan setelah dua atau tiga tahun lalu kembali ke Pasai. Karena masih diduduki oleh Portugal, Fatahillah melanjutkan perjalanannya ke Pulau Jawa, ke Jepara, dan mengabdikan diri kepada sultan Demak di sana. Merasa puas atas pengabdiannya, Raja memberikan seorang adiknya kepada Fatahillah untuk diperistri.] Graaf dan Pigeaud menganggap bahwa raja Jepara yang dimaksud adalah Raja Demak ketika itu, Sultan Trenggana.
Ketika Sunan Gunung Jati wafat di tahun 1568, Fatahillah menjadi sultan Kesultanan Cirebon dimana ia berperan sebagai kepala pemerintahan di Pakungwati selama 2 tahun antara tahun 1568 sampai ia wafat di tahun 1570.
Setelah ia wafat, Fatahillah dimakamkan bersebelahan dengan makam Sunan Gunung Jati di komplek pemakaman Astana Gunung Sembung yang sekarang terletak di Kec. Gunungjati, Kab Cirebon.
Takhta Kesultanan Cirebon selanjutnya diwariskan kepada Zainul Arifin, cicit Sunan Gunung Jati yang bergelar Panembahan Ratu.
HIPOTESIS TOKOH HISTORIS FATAHILLAH DALAM PENELITIAN
Masa Kedatangan di Jawa
Fatahillah di perkirakan datang Pasca Kerajaan Samudra Pasai dikuasai oleh Portugis pada tahun 1521, setelah serangan yang dipimpin oleh Afonso de Albuquerque Menaklukkan Raja Samudera Pasai Yang Berkuasa Waktu itu Sultan Zain Al-Abidin, yang menjadi bagian dari upaya Portugis mengamankan jalur perdagangan di Selat Malaka setelah jatuhnya Malaka pada tahun 1511.
Portugis hanya menguasai Pasai selama sekitar tiga tahun sebelum akhirnya direbut oleh Kesultanan Aceh pada tahun 1524, Sultan Ali Mughayat Syah dari Aceh memimpin perlawanan kuat. Raja Ibrahim Sebelumnya Pernah Mengalahkam Armada Laut Portugis dekat Selat Malaka yang di Pimpin oleh Jorge de Brito
Sultan Ali Mughayat Syah dari Aceh Memimpin pasukan Aceh mengusir Portugis dari Daya, Pedir, dan akhirnya Pasai pada tahun 1524, menggabungkan Pasai ke dalam wilayah Aceh Darusallam
menandai berakhirnya riwayat Samudra Pasai.
Perjalanan pertama Fatahillah Tiba di Demak / Jepara di Perkirakan Sekitar Awal Tahun 1522 , Diterima dengan Baik Oleh Sultan Trenggono yang Juga Kebetulan Memiliki Menantu Asal Aceh (Pangeran Hadirin Suami Ratu Kalinyamat)
Selanjutnya Keahlian Militer Fatahillah di Manfaatkan oleh Sultan Trenggono Untuk Membentuk Armada Perang Untuk Mengusir Portugis Yang Berpusat Kekuatan Militernya di Malaka dan Kemudian Pada 1524 di Ketahui Armada Laut Portugis sudah Muncul di Jawa (Kelapa Banten) dan Menjalin Hubungan Perdagangan dengan Syah Bandar/Pengelola Maritim Pelabuhan2 di Banten , Portugis di Ketahui Telah Membangun Benteng disekitaran Pesisir Kelapa Banten
Untuk Selanjutnya Armada Laut dan darat Gabungan Demak dan Cirebon serta Palembang bergabung dalam Aliansi Mengusir Portugis dari Sunda Kelapa Pada sekitaran 1526 - 1527
Riwayat Perkawinan, sumber Naskah2 Historiografi tradisional (Babad )
  • Menikah pertama dengan Ratu Pembayun (Ratu Winahon Putri Pertama Sunan Gunung Jati)
  • Menikah kedua dengan Ratu Pembayun (Putri Pertama Sultan Trenggono)
  • Menikah ketiga Dengan Ratu Wulung Ayu Anak Angkat Sunan Gunung Jati Bekas istri Sultan Abdul Qodir Al Magribi dari Jepara
     
Sumber Riwayat:
 
  • Barros, J. de. (1777). Da Asia De Joāo De Barros: Dos Feitos, Que Os Portuguezes Fizeram No Descubrimento, E Conquista Dos Mares, E Terras Do Oriente. Decada Quarta. Parte Primeira (Bagian IV). Na Regia Officina Typografica.
    Tjarita Purwaka Tjaruban Nagari
    Babad Cirebon
    Babad Banten
  • dan sumber lain
     
     
     

 KOmentar :

Mahfud Nawawi
Teruslah posting yg seperti ini bang biar anak cucu kita tercerahkan akan sejarah bangsa kita bahwa kita adalah bangsa yang maju secara peradaban
  • Balas
  • Bagikan
Ali Yahya
Berarti Fatahilah menikah dengan putri Trenggono sultan Trenggono menikah dengan putri sunan gunung Djati bararti ber kerabat kekerabatan terus ter jalin 🙏
  • Balas
  • Bagikan

 

0 comments:

Post a Comment