HARTABUTA :
Selasa, 28-1-2025.
Copas artikel di fb:
Yaser Muhammad Arafat
Sultan Cirebon: “Pimpro” Pembangunan Makam Pajimatan, Imogiri
Kemarin kami mendapat kabar dari Kanjeng Hastonopuro, Bupati Puralaya Imogiri atau tokoh Karaton Yogyakarta yang menanggungjawabi makam-makam Imogiri dan Girilaya dan lainnya, bahwa makam Panembahan Girilaya/Sunan Cirebon/Pangeran Abdul Karim telah disadrani oleh Kraton Kanoman Cirebon. Mori atau kain putih yang melapisi makamnya juga telah diganti. Alhamdulillaah.
Pangeran Diponegoro mencatat cerita khusus mengenai Panembahan Girilaya di dalam karyanya yang ia tulis semasa pengasingan di Manado pada 1832. Karya ini kelak dikenal dengan nama Babad Diponegoro. Saat ini, karya ini disimpan di Perpustakaan Nasional Jakarta, sebagai koleksi naskah Brandes. Karya ini sudah diakui dunia dengan dimasukkan UNESCO PBB sebagai “memory of the world” pada tahun 2013.
Dalam Babad Diponegoro ini, pada Pupuh XI yang bermetrum Pucung, pada (bait) ke-83 disebutkan bahwa Sultan Cirebon/Panembahan Girilaya/Pangeran Abdul Karim adalah tokoh yang menjadi pimpinan proyek atau pengawas utama pembangunan Pasarean Pajimatan, Imogiri. Tertulis di sana sebagai berkut:
Ingkang dadya telenging tyas kang sinuhun, nanging pasarehan, welinge imam Sapingi, duk semana gunung merak wus binabat
[yang menjadi perhatian Kanjeng Sinuhun (Sultan Agung), adalah hanya pasarean (makam yang harus dibangun), sebagaimana pesan (welingan) Imam Sapingi, waktu itu Gunung Merak sudah dibabat]
Para Nata myang Dipati agung agung, pan samya tuguran, sedaya ageng magiri, sultan Cerbon Sultan Banten tindhih ira
[Para Raja (Sinuhun Sultan Agung) memberi tugas kepada para adipati, agar mengadakan tuguran (berjaga/menunggui/mengawasi), semuanya di Imogiri, Sultan Cirebon yang (juga punjer) Sultan Banten yang memimpin]
Sultan palembang kang binubuhan kayu, ingkang pasarehan, kangjeng wunglan kang kinardi, gennya mendhet saking negeri Palembang
[Sultan Palembang yang menyiapkan/menghadirkan kayu, untuk makam, dari kayu wunglan, ia mendapatkannya dari negeri Palembang]
Dalam catatan para sejarawan, misalnya de Graaf, makam Pajimatan, Imogiri, dibangun oleh Sultan Agung pada 1632. Pada 1645/46, Sultan Agung “menempati” bukit ini sebagai penghuni permanen pertama. Meski demikian, Sultan Agung telah sering “bermukim di Imogiri” setelah makam ini selesai. Sultan Agung menggunakan bukit ini untuk berkhalwat (bertirakat). Hingga diceritakan di dalam Babad Diponegoro juga bahwa istananya sering ditinggal dan hanya ditunggui oleh Kyai Pangulu Amat Kategan.
Sebelumnya, pada 1629-1630, Sultan Agung membangun Pasarean Girilaya sebagai tempat penguburan jasad keluarga besarnya, di antaranya adalah Panembahan Juminah, Ratu Mas Hadi sang ibu, dan para keluarga ndalem lainnya.
Kelak, setelah Panembahan Girilaya meninggal, ia juga dimakamkan di makam keluarga besar Karaton Mataram Islam abad ke-17 ini. Sebab selain memang seorang Sultan Cirebon, ia juga merupakan menantu Sunan Amangkurat I.
Semoga Panembahan Girilaya/Sultan Cirebon/Pangeran Abdul Karim dan semua tokoh yang membangun makam Pajimatan Imogiri dan makam Girilaya diampuni oleh Allah swt, disyafaati oleh Kanjeng Rasulullah saw, dijauhkan dari fitnah kubur, dan dimasukkan ke dalam surga.
Linnabi walahumul Fatihah..
Shollallahu ngala Muhammad..
Ùˆ الØمد للّÙ‡ ربّ العالمين
صلّÙ‰ اللّÙ‡ على Ù…ØÙ…ّد
0 comments:
Post a Comment