HARTABUTA :
Selasa, 23-4-2024.
[23/4 11.36] SUHU PSPB RONGGOLAWEZ21: *💥 و عليكم السلام و رحمة الله و بركاته ⭐*
Monggooo yg paham ... 💥😇🙏⭐
[23/4 11.37] +62 878-...5-...9: Mau tanya
[23/4 11.37] +62 878-...5-...9: Istri pertama sunan gunung jati yang bernama nyai Ageng Babadan punya anak gak ya ?
[23/4 11.55] SUHU PSPB RONGGOLAWEZ21: *_Menurut suatu sumber, tidak memiliki keturunan ... 💥👳♀️🙏⭐_*
Selebihnya ya :
*و الله أعلم بأسرار جميع المخلوق ... 💥👳♀️🙏⭐*
👇
https://historia.id/agama/articles/enam-istri-sunan-gunung-jati-vYeeN
Sang wali menggunakan pernikahan sebagai media untuk menyebarkan agama Islam.
Oleh: M. Fazil Pamungkas | 31 Jul 2019
Makam Sunan Gunung Jati yang selalu dipadati peziarah. (Wikimedia Commons).
SUDAH lama pernikahan menjadi sarana penyebaran agama. Hal itu pernah dilakukan oleh Sunan Gunung Jati saat proses penyebaran Islam di wilayah Priangan. Sang wali tidak hanya memperistri satu orang saja, atau empat orang sesuai ajaran Islam, melainkan enam orang. Walau dalam waktu yang tidak bersamaan.
Dalam buku Sejarah Indonesia Modern 1200-2004, M.C. Ricklefs menjelaskan jika jalinan pernikahan menjadi salah satu cara efektif untuk menyebarkan ajaran Islam. "Sunan dan para penggantinya dianggap memainkan peranan penting dalam penyiaran agama Islam ... melalui penaklukan, perkawinan-perkawinan, ataupun melalui dakwah para bekas muridnya".
Tidak dijelaskan siapa istri pertama, kedua, ketiga dan seterusnya dari Sunan Gunung Jati. Namun yang pasti pernikahan sang wali dilakukan dalam rentang waktu yang berbeda. Dalam sebuah naskah tasawuf tidak berjudul, yang kemudian diberi nama Naskah Kuningan: Sejarah Wali Syekh Syarif Hidayatullah-Sunan Gunung Jati, terjemahan Amman N. Wahju diketahui bahwa pernikahan Sunan Gunung Jati dilakukan setelah ia selesai berguru kepada seorang ahli qiro’at (membaca Al-Qur’an) bernama Pengeran Makdum, putra Raja Andalusia.
Naskah Kuningan sendiri ditulis dalam huruf Arab Pegon, dan menggunakan bahasa Jawa Kuno dialek Cirebon dan Sunda. Menurut Amman, naskah babad tersebut berisi rangkaian tembang yang terdiri atas 21 pupuh, 170 saleh, dan 1.480 padan. Dalam naskah asli yang diterjemahkan oleh Amman tercantum waktu pembuatan naskah, yang jika dimasehikan menjadi 4 April 1880 M.
Berikut nama-nama perempuan yang pernah menjadi istri *Sunan Gunung Jati*.
*1. Nyi Gedeng Babadan*
Usai selesai belajar, sang guru Pangeran Makdum menyuruh Sunan Gunung Jati untuk berjalan ke arah barat. Di sana ia harus menemui Gedeng Babadan alias Maulana Huda dan memperdalam agama Islam bersamanya. Selama proses belajar di barat, Pangeran Makdum meyakini Sunan Gunung Jati akan menemui jodohnya.
“Maka Syekh Maulana Jati mengikuti petunjuk itu dan pergi ke arah barat, ke Banten,” tulis Amman.
Setiba di Banten, Sunan Gunung Jati menemukan Maulana Huda sedang dirundung keresahan. Musibah kekeringan yang menimpa Banten selama beberapa waktu telah menghancurkan pertanian rakyat. Dalam Naskah Kuningan dikisahkan jika Sunan Gunung Jati membantu permasalahan kekeringan tersebut.
Melihat tanahnya kembali subur, Maulana Huda sangat senang. Ia pun menerima pendatang itu dan bersedia mengajarinya. Dalam prosesnya Sunan Gunung Jati lalu dijodohkan dengan putri Maulana Huda, Nyi Gedeng Babadan. Namun sayang pernikahannya itu tidak menghasilkan keturunan. Naskah Kuningan meyakini bahwa Nyi Babadan adalah istri pertama Sunang Gunung Jati.
2. Nyi Rara Jati
Setelah kembali dari Banten, Sunan Gunung Jati mulai menyebarkan Islam di Cirebon dan sekitarnya. Ia kemudian bertemu dengan Syekh Datuk Kahfi, dikenal juga sebagai Syekh Nurjati, salah seorang penyebar Islam pertama di Cirebon. Keduanya saling belajar, dan sama-sama menyebarkan ajaran Islam di tatar Sunda.
Sunan Gunung Jati dikenalkan oleh Syekh Nurjati kepada putrinya, Nyi Rara Api atau Nyi Rara Jati. Keduanya pun berjodoh. Dalam sebuah naskah ilmu tasawuf, Naskah Mertasinga, diterbitkan dalam buku Sejarah Wali: Syekh Syarif Hidayatullah-Sunan Gunung Jati (Naskah Mertasinga) hasil terjemahan Amman N. Wahju, disebutkan jika pernikahannya itu dikaruniai dua orang putra, yakni Pangeran Jayakalana dan Pangeran Bratakalana.
Di dalam Naskah Mertasinga terdapat sepenggal kisah kehidupan sang wali, termasuk ajarannya selama proses penyebaran Islam di Cirebon dan sekitarnya.
*3. Nyi Mas Pakungwati*
Pernikahan Sunan Gunung Jati selanjutnya dianggap sebagai perjodohan yang paling berpengaruh dalam penyebaran Islam di Cirebon dan Priangan. Penelitian yang dilakukan A. Sobana Hardjasaputra dan Tawalinuddin Haris dalam buku Cirebon dalam Lima Zaman: Abad ke-15 hingga Pertengahan Abad ke-20 menyebut jika tahun 1479 Pangeran Cakrabuana menyerahkan kekuasaannya kepada Sunan Gunung Jati.
Saat itu, Sunan Gunung Jati telah resmi menikah dengan putri Pangeran Cakrabuana dari Nyai Mas Endang Geulis, yaitu Nyi Mas Pakungwati. Setelah mendapat kedudukan sebagai penguasa Cirebon, Sunan Gunung Jati segera merubah bentuk pemerintahannya menjadi kerajaan Islam. Perubahannya dilakukan untuk memperkuat kekuatan Islam di tanah Sunda dan menyebarkannya ke luar Cirebon.
Selama pernikahannya dengan Nyi Mas Pakungwati juga Sunan Gunung Jati diangkat sebagai wali oleh Dewan Wali, menggantikan Sunan Ampel yang telah wafat. Tidak dijelaskan dengan pasti berapa putra dan putri yang diperoleh Sunan Gunung Jati pada pernikahannya ini tetapi banyak di antara mereka yang wafat sebelum meneruskan dakwah sang wali.
4. Nyi Tepasari atau Rara Tepasan
Perjodohannya kali ini banyak disebut sebagai proses legitimasi dan persebaran Islam ke wilayah yang lebih luas. Dalam Naskah Kuningan Sunan Gunung Jati menikah dengan putri Nyi Gedeng Tepasan, yang juga cucu dari Raja Majapahit Sri Angerehrah, Rara Tepasan.
Naskah Kuningan tidak menjelaskan siapa sebenarnya tokoh bernama Sri Angerehrah ini. Dalam beberapa literatur disebutkan bahwa pada masa Sunan Gunung Jati bertemu dengan Rara Tepasan (akhir abad ke-15) kekuasaan di Majapahit dipegang oleh Raja Singhawikrama Wardhana.
“Dari pernikahannya ini Sunan Gunung Jati dikaruniai dua orang anak, yakni Ratu Ayu dan Pangeran Pasarean, yang kelak menurunkan raja-raja Carbon di kemudian hari,” tulis Amman.
5. Nyi Kawung Anten
Asal usul Nyi Kawung Anten masih menjadi perdebatan. Sebagian peneliti menyebut jika istri Sunan Gunung Jati ini adalah adik Bupati Banten saat itu. Namun literatur lain menyebut jika ia adalah cucu raja Pakuan, adik dari Prabu Mandi Pethak atau Dipati Cangkuang.
Dalam Naskah Kuningan dikisahkan pertemuan Sunan Gunung Jati dengan Nyi Kawung Anten terjadi dalam kondisi yang unik. Ketika sedang berjalan-jalan ke Pakuan, Sunan Gunung Jati menemukan sebuah istana yang terlihat telah ditinggalkan oleh penghuninya.
Saat sedang menyusuri setiap ruang di dalam istana tersebut, Sunan Gunung Jati menemukan sosok perempuan. Singkat cerita mereka pun berjodoh. Dan dari pernikahannya ini terlahirlah Ratu Winahon dan Pangeran Sebakingkin. Kelak keturunan Sunan Gunung Jati ini menjadi bupati di Banten.
6. Syarifah Baghdadi dan Ong Tien Nio
Dalam Babad Cirebon dimuat dalam buku Jawa Barat dalam Lima Lembaga karya Edi S. Ekadjati, diceritakan tiga tokoh penting dari Arab yang menyebarkan Islam di Cirebon, yakni Syarif Abdurrahman, Syarif Abdurrahim, dan Syarifah Baghdad. Mereka adalah saudara kandung, putra dan putri dari Sultan Baghdad.
“Mereka diperintah untuk berlayar ke Pulau Jawa oleh sang ayah. Di Cirebon ketiganya berguru kepada Syekh Nurjati dan diperkenalkan dengan Pangeran Cakrabuana, pendiri Cirebon.” tulis Bambang Setia Budi dalam Masjid Kuno Cirebon.
Kedua putra Sultan Baghdad kemudian mendirikan masjid masing-masing sebagai basis penyebaran ajaran Islam mereka. Sementara itu saudara perempuan mereka, Syarifah Baghdadi, menikah dengan Sunan Gunung Jati. Ia pun turut membantu penyebaran agama Islam bersama saudara dan suaminya.
Sementara itu, pernikahan Sunan Gunung Jati dengan putri keturunan Tiongkok, Ong Tien Nio tidak banyak terekam. Para peneliti lebih banyak meduga jika pernikahan itu terjadi saat pemerintah Cirebon melakukan hubungan dagang dengan orang-orang Tionghoa.
Pertemuan keduanya terjadi di Tiongkok saat Sunan Gunung Jati melawat ke sana. Namun pernikahannya terjadi di Jawa. Untuk menjaga hubungan baik dengan mereka, sekaligus menyebarkan ajaran Islam di kalangan masyarakat asing tersebut, Sunan Gunung Jati menikahi Ong Tien Nio.
Pengaruh Tiongkok sendiri sebenarnya sangat kental terasa di Cirebon. Banyak bangunan masjid yang dipenuhi oleh ornamen Tiongkok, seperti keramik, piring, dan kerajinan khas Tiongkok lainnya. Hal itu cukup memperkuat bukti adanya hubungan yang kuat antara Sunan Gunung Jati dengan etnis Tionghoa.
[23/4 12.24] SUHU PSPB RONGGOLAWEZ21: Paham hanya sedikit namun ada artikel di bawah ini ... Jikalau di group ini ada yg punya Data Lebih "Valid & Komplit" monggooo share di sini ... MNLBDA 💥👳♀️🙏⭐
👇
https://www.historyofcirebon.id/2018/03/daftar-keturunan-pangeran-cakrabuana.html?m=1
Daftar Keturunan Pangeran Cakrabuana Dari Istri-Istrinya
Oleh Admin Maret 17, 2018 5 komentar
Daftar Keturunan Pangeran Cakrabuana Dari Istri-Istrinya-Pangeran Cakrabuana dalam sejarah Cirebon merupakan salah satu pendiri Cirebon yang utama, Cirebon yang semula hanya berupa desa kecil dikembangkan oleh Pangeran Cakrabuana menjadi sebuah Kota yang ramai, bahkan kemudian Pangeran Cakrabuana berhasil membuat Cirebon menjadi sebuah Kesultanan pertama di Jawa Barat.
Untuk mengetahui kisah lebih lanjut mengenai kiprah Pangeran Cakrabuana dalam mendirikan Cirebon, baca dalam artikel kami yang berjudul : Kerajaan Cirebon Masa Pendirian, Kejayaan Dan Kemundurannya.
Ada beberapa sumber sejarah mengenai Keturunan Pangeran Cakrabuana Dari Istri-Istrinya, uniknya dari dua sumber yang ada, yaitu dari Carita Purwaka Caruban Nagari dan Naskah Kuningan, keduanya menginformasikan dua hal yang berbeda.
Menurut Naskah Carita Purwaka Caruban Nagari bahwa selama hidupnya Pangeran Cakrabuana memperistri tiga orang wanita, yaitu :
(1) Nyimas Endang Geulis,
(2) Nyimas Ratna Rasajati, dan
(3) Nyimas Ratna Riris atau Kencana Larang.
Dalam sumber ini, dikisahkan pula bahwa dari tiga orang istrinya itu Pangeran Cakrabuana memperoleh sembilan orang keturunan.
Perkawinan Dengan Nyimas Endang Geulis
Dari hasil perkawinannya dengan wanita ini, menurut Naskah Purwaka Caruban Nagari Pangeran Cakrabuana memperoleh satu orang anak perempuan, anak tersebut merupakan anak pertama yang lahir ketika Pangeran Cakrabuana berangkat menuniakan haji ke tanah suci bersama adiknya Rara Santang. Putri itu bernama Nyimas Dalem Pakungwati, putri yang menurut Naskah Kuningan sebagai anak Nyimas Kencana Larang.
Perkawinan Dengan Nyi Rasa Jati
Menurut Naskah Carita Purwaka Caruban Nagari sama seperti dalam naskah Kuningan melahirkan tujuh orang keturunan semuanya berjenis kelamin wanita yaitu:
1. Rara Konda
2. Rara Jati Merta (Rara Sejati)
3. Rara Jamaras
4. Nyi Mertasinga
5. Nyi Japamentar (Nyi Campa)
6. Nyi Jamarta (Nyi Jamaras)
7. Nyi Rasamala (Nyi Rasamalasih).
رد
Perkawinan Dengan Nyimas Kencana Larang
Perkawinan Pangeran Cakrabuana dengan Nyimas Kencana Larang menurut Naskah Carita Purwaka Caruban Nagari hanya memiliki satu orang keturunan, yaitu seorang putra yang diberi nama Pangeran Carbon, pengeran ini juga berjuluk Manggana Jati.
Sementara itu, Menurut Naskah Kuningan, Pangeran Cakrabuana yang mempunyai nama asli Pangeran Walang Sungsang selama hidupnya memiliki dua istri. Dari kedua Istrinya itu kemudian beliau memperoleh sepuluh anak, yaitu delapan orang anak perempuan dan dua orang anak laki-laki.
Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:
Perkawinan Dengan Nyi Rasa Jati
Nyi Rasa Jati merupakan puteri dari Syekh Jatiswara, beliau dikisahkan berasal dari Cempa sebab itulah orang Cirebon menyebutnya Syekh Jatiswara Cempa.
Dari perkawinan dengan Nyi Rasa Jati atau Nyi Gedeng Jati ini beliau dikaruniai tujuh anak, kesemuanya wanita.
Adapun nama-namanya adalah sebagai berikut:
1. Rara Konda
2. Rara Jati Merta (Rara Sejati)
3. Rara Jamaras
4. Nyi Mertasinga
5. Nyi Japamentar (Nyi Campa)
6. Nyi Jamarta (Nyi Jamaras)
7. Nyi Rasamala (Nyi Rasamalasih).
Perkawinan Dengan Nyimas Kencana Larang
Nyimas Kencana Larang atau yang mempunyai nama lain Nyi Mangunsari Ing Kamangunan adalah anak dari Kuwu Cirebon pertama, yaitu Ki Gede Alang-Alang, atau Bramacari Srimaana, seroang Syahbandar Pelabuhan Muara Jati.
Hasil perkawinan dengan Nyimas Kencana Larang ini, Pangeran Cakrabuana memperoleh satu puteri dan dua putera, yaitu (1) :
1. Nyi Dalem Pakungwati.
2. Pangeran Kejaksan/Pangeran Pajebugan dikenal juga dengan nama Arya Mengger.
3. Pangeran Pajarakan.
Adapun silsilah keturunan Pangeran Cakrabuana dari kedua Istrinya adalah sebagaimana gambar silisilah keluarga yang telah dipaparkan sebagaimana berikut :
5 komentar untuk "Daftar Keturunan Pangeran Cakrabuana Dari Istri-Istrinya"
Taufiq Firdaus
20 Agustus 2021 pukul 21.14
Maaf dari literatur yang saya baca, Pangerang Kejaksan (Sykeh Abdurrahim) adalah saudara kandung Pangeran Panjunan (Syekh Abdurrahman) putra dari Syekh Nurjati.
apakah ini orang yang sama atau berbeda dengan yang saya maksud.
terima kasih
Balas
Balasan
Admin
22 Agustus 2021 pukul 15.31
Pangeran Kejaksaan itu banyak, bukan 1
Balas
Unknown
19 November 2021 pukul 12.38
Cakrabuana sakti mandra guna babad tanah leluhur
Balas
cindewulung
28 Februari 2022 pukul 17.20
Aki kuwu sangkan berguru di gunung kumbang bukan berguru kepada pendeta tapi berguru kepada seh nurjati atau seh lemah abang seh nurjati disini bukan seh datuk kahfi.
Balas
Anonymous
28 Maret 2023 pukul 01.51
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Min... Adakah kisah sejarah perjalanan hidup tentang Pangeran Pajarakan ?
Terimakasih
و الحمد لله رب العالمين
صلى الله على محمد
0 comments:
Post a Comment