HARTABUTA :
Jum'ah, 15-3-2024.
[12/3 19.18] SUHU PSPB RONGGOLAWEZ21:
https://www.facebook.com/share/p/CxRDhLDr3g7PWJZY/?mibextid=A7sQZp
WALISONGO PELETAK DASAR PERADABAN ISLAM DI NUSANTARA
Penduduk Asli Pulau Jawa -;Nusantara Sebelum kedatangan Sayyid Husein Jamal-ad-din Al Kubra Leluhur Walisongo di Akhir abad 14M telah memiliki kecenderungan terhadap ajaran mistik keagamaan sebelum masuknya Islam di Nusantara
Penyebaran Islam di Jawa menempuh jalur Pendekatan Budaya dan keramahan Ajaran Islam Rahmatan Lil Alamin , meskipun berdirinya Kesultanan Islam di Jawa pada tahun 1480 an Masehi juga memperkuat jalan bagi Islam Berkembang Pesat di Jawa dan Wilayah2 yang Terpengaruh Dakwah Walisongo,
Sudah menjadi fakta bahwa penyebaran Islam di Nusantara merupakan proses bertahap, dan proses ini Islamisasi dibawakan oleh para misionaris. para penganut Tarekat sufi berturut-turut Di antara para misionaris Sufi terkemuka awal datang dari luar Jawa. khususnya datang dari Asia Tengah dan Anak Benua India , termasuk di antaranya Syekh Sayyid Husein Jamal-ad-din Al Kubra , Syekh Sayyid Maulana Malik Ibrahim Al Kasani Gresik , Syekh Sayyid Mas'ud Syamsudin Tirmiz , Syekh Sayyid Yusuf Sidiq dan Setalah Masa Kemudian kedatangan ulama paling berpengaruh Syekh Sayyid Ahmad Rahmatullah ( Sunan Ampel ) , yang karena peran fundamentalnya dalam Islamisasi Jawa dan Nusantara dengan lembaga pendidikan Ulama Yang Berkembang menjadi Majelis Dakwah Walisongo telah dikenal sebagai Yang Mempengaruhi berdirinya Kesultanan Islam di Wilayah-wilayah lain di Luar Jawa
Warisan Syekh Sayyid Ahmad Rahmatullah di negeri ini diteruskan oleh putra2nya dan Murid2nya , Peran Murid2 Sunan Ampel i terbilang unik, karena Hampir Semuanya mendirikan sejumlah besar lembaga sosial-keagamaan dan pendidikan di Wilayah Area Dakwah nya Masing-masing, yang Warisan nya masih hadir dalam jumlah besar di seluruh Nusantara dalam Bentuk Pondok2 Pondok Pesantren yang di dirikan Sebagian Besar Oleh Keturunannya Walisongo dan telah Banyak berkontribusi terhadap pengembangan kebangkitan sosial-keagamaan dan pendidikan di kalangan Muslim di Nusantara.
Kontribusi paling unik dari Salah satu Murid Syekh Sayyid Ahmad Rahmatullah (Sunan Ampel ) di antara para misionaris Lokal bernama Raden Sahid bergelar Sunan Kalijaga yang Peran nya adalah pdalam reformasi tatanan mistik lokal di Jawa ,wayang Kulit adalah salah satu Karya Sunan Kalijaga dalam embantu Missionaris Ini Menyebarkan Dakwah Islam di Jawa , Sunan Kalijaga juga MeRepormasi Ajaran2 Mistik Lokal Jawa yang telah ada sebelumnya dengan tatanan Syariat dan Sunan Kalijaga di sebutkan sebagai Santo pelindung mereka ( Ajaran mistik Kejawen ) Sunan Kalijaga bagian tak terpisahkan dari Mistisisme Islam arus budaya Lokal (Tasawuf akmaliyah / Syatariyah)
Sunan Kalijaga menanamkan Pada Jaringan Murid2nya dalam diri mereka semangat misionaris yang memenuhi kesenjangan hambatan bahasa yang dihadapi oleh mistikus asal Asia Tengah lainnya sesama Murid Sunan Ampel , Setelah wafatnya Sunan Kalijaga Murid2 dan Ulama2 yang terpengaruh oleh-nya terutama Ulama di Brang Kidul Mataraman meneruskan misi Islamisasi ke tingkat akar rumput di Jawa , mereka mendekati seluruh lapisan masyarakat mulai dari istana kerajaan hingga petani desa setempat di Jawa , dan Acara2 Keagamaan Khas Yang di Pengaruhi Ajaran Sunan Kalijaga masih Di Lestarikan sampai Hari ini
Catatan dan Referensi
- Hadirnya Kesultanan Demak pada 1482 Sebagai Pengganti Majapahit dengan Raja Pertama nya Raden Fatah , Menjadi Pusat Pemerintahan Di Era Walisongo dan Tempat Berkumpul Anggota Walisongo dalam Pertemuan memperkuat Basis Penetrasi Dakwah di era Walisongo ke Wilayah2 Eks Wilayah Majapahit
- Hadirnya Kesultanan Cirebon pada sekitar tahun 1480M Menjadi Pusat utama Syiar Dakwah Islamisasi Jawa Bagian Barat Dan Wilayah lain Yang Terpengaruh Syiar Dakwah pondok Amparan Jati Yang di Pimpin Sunan Gunung Jati
- Hadirnya Kesultanan Banten di dirikan Salah satu Putra Sunan Gunung Jati pada tahun 1552 berjasa Memperluas Penetrasi Syiar Dakwah Islamisasi Jawa Barat Bagan Selatan dan Wilayah Banten sampai Wilayah Pesisir Sumatera Bagian Timur
- Hadirnya Kesultanan Giri Kedaton pada Sekitar tahun 1482 Menjadi Salah satu Pusat Utama Syiar Dakwah Islamisasi di Wilayah2 yang Jauh dari Jawa ( Luar Pulau Jawa ) , Kedaton Giri ini Mencapai Puncak Kejayaan nya di Masa Raja Giri Kedaton ketiga Sunan Prapen 1546 - 1615, Dimana Murid2nya Memperluas Syiar Dakwah Islami Sampai Ke Sulawesi , Maluku , NTB , Kalimantan sampai ke Wilayah Philipina
- Hadirnya Kesultanan Pajang , mataram Islam , Pelembang dll Pada paruh Waktu Pertengahan abad 16- awal abad 17 Melanjutkan Peran Serta Dzurriyah Walisongo yang Mendirikan Kesultanan ini terus Menjaga dan Melestarikan Syiar Dakwah Islamisasi Nusantara
MAJELIS DAKWAH WALISONGO TERAKHIR DI ERA KESULTANAN MATARAM 1630 - 1667
- Panembahan Hanyokrokusumo - Sultan Agung Panotogomo adalah Raja Besar Kesultanan Mataram , Seorang Raja Yang Juga Ahli dalam Sastra , Ilmu Falaq dll , Di Masa Beliau di Mulai Kalender Jawa dan penetapan Aksara Jawa Sebagai aksara Resmi Kerajaan, Seorang Raja yang Sangat MeSupport Proses Islamisasi Pasca Walisongo di Wilayah lain yang Belum Tersentuh Ajaran Islam
- Panembahan Cirebon - Panembahan Girilaya Seda ing Gayam , Raja Kesultanan Cirebon yang Menjadi Pemimpin utama Lembaga dakwah ini yang sebagian anggotanya adalah Murid2nya
- Panembahan Juru Kiting Nitidiningrat Putra Kedua panembahan Mandoroko adalah Ulama Ahli Hukum ( Qodhi / Jaksa ) Sekira Usianya sedikit Lebih tua dari panembahan Girilaya,menjadi Sesepuh Lembaga Dakwah WALISONGO era Mataraman ini dan Menjadi Rujukan dalam Merujuk kaidah2 Hukum Islam dalam Peradilan secara Syariat di Kesultanan Mataram
- Panembahan Purbaya salah satu Ulama Sepuh Kerabat kesultanan Mataram
- Panembahan Kadilangu Keturunan Sunan Kalijaga yang Melanjutkan Lembaga Pekaderan Para pendakwah islamisasi Di Pondoknya di Kadilangu Demak
- Panembahan Awongga Salah satu Murid Panembahan Girilaya yang aktif dalam Kegiatan Dakwah di wilayah Selatan Jawa dan Jawa Barat Bagian Selatan
- Panembahan Rama Kajoran salah satu Murid Panembahan Girilaya yang juga Keturunan dari Sunan kajoran / Panembahan Maulana Mas Kajoran Trah Teda Sunan Ampel dan nama ini adalah Murid langsung Sunan Gunung Jati , Panembahan Rama Kajoran Aktif dalam Dakwah Berbasis Ajaran2 Tarekat berciri Al Akbari (Ibnu Arabi)
- Panembahan Mas Witono Adalah Raja Terakhir Giri Kedaton wafat 1680 , Melanjutkan Peran Kedaton Giri Sebagai Pusat Pendidikan Para Pedakwah yang Banyak di Kirim Keluar Pulau Jawa
- DLL
[12/3 21.36] SUHU PSPB RONGGOLAWEZ21: https://youtu.be/lmrP8CFjnrE?si=Ao-68zEQg9CQS1nq
[12/3 21.37] SUHU PSPB RONGGOLAWEZ21: Kontra Ba'alawyy - Pribumi Terpaksa Kami Ungkap Karoomah Kiyai Nusantara
https://youtu.be/0U2ClPDAivw?si=7xUfW3D6zdpLloeR
[12/3 22.18] SUHU PSPB RONGGOLAWEZ21: https://m.facebook.com/groups/327670604460/permalink/10161376204444461/?comment_id=10161376515859461&reply_comment_id=10161376688054461
Mahdi Priyani
Brawijaya V
I
Rahaden Bondhan Kejawan
I
Kyai Ageng Getas Pandhawa
I
Kyai Ageng Sesela
I
Kyai Ageng Anis
I
Kyai Ageng Pamanahan
I
Rara Subur garwa R. Soerasa pg. Agoeng Kajoran
I
R. Ay. Minangkabul garwa Penambahan Minangkabul
I
Panembahan Masjid Wetan 1
Niki nopo leres lur??
Soalnya Kulo jalur panembahan Minangkabul bayat
[13/3 04.44] SUHU PSPB RONGGOLAWEZ21: https://youtu.be/0kCmcGU5VMA?si=oPRuDlFOGSH3TbqF
[13/3 06.15] SUHU PSPB RONGGOLAWEZ21: https://m.facebook.com/groups/817805909459412/permalink/1101519821088018/?sfnsn=wiwspwa&ref=share&mibextid=VhDh1V
Kemungkinan ada 3 Syekh Jumadil Kubro:
1. Syekh Jumadil Kubro Awwal, ayahanda Maulana Ibrahim Zainuddin dan Maulana Abu Ahmad Ishaq
Ulama di era Ratu Tribhuwana (1328 - 1350)
2. Syarif Husain Jumadil Kubro, ayahanda Syarif Ali Nurul Alam dan Syarif Muhammad Kebungsuan
Ulama di era Wikramawardhana (1389 - 1429)
3. Syekh Jamaluddin Samarkhan Jumadil Kubro, ayahanda Maulana Ibrahim Asmoroqondi
Ulama di era Wikramawardhana (1389 - 1429)
Wallahu alam
[13/3 15.03] SUHU PSPB RONGGOLAWEZ21: Kontra Ba'alawyy - Gus Rumail 'Abbaas Sepakati Thesis KH. 'Imaaduddiin
https://youtu.be/B4OdShPD-es?si=kpxqVUd5ton_7iK7
[13/3 16.31] SUHU PSPB RONGGOLAWEZ21: https://www.facebook.com/share/p/gR1cJ2vPKEMTwwPf/?mibextid=A7sQZp
MENJAGA MARWAH KELUARGA NABI MUHAMMAD SAW ( SAYYID SYARIF) TANGGUNG JAWAB KITA BERSAMA
Semoga kedepan ada Undang2 / Peraturan yang Melarang Bukan Sayyid Syarif Memakai Gelar Sayyid Syarif dan Ada Ancaman Hukuman Jika Melanggarnya
[13/3 17.28] SUHU PSPB RONGGOLAWEZ21: https://mbahtoyyib.blogspot.com/2024/03/thariqah-pertama-di-nusantara.html
Thariqah Pertama di Nusantara
Maret 13, 2024
Nama Syekh Jamaluddin atau Syekh Jumadil Kubro memang masih menyimpan sejarah yang belum terungkap, sejalan dengan sejarah makam Maulana Maghribi yang juga tidak kalah banyak tersebar di Nusantara.
Kemungkinan ada 3 Syekh Jumadil Kubro:
1. Syekh Jumadil Kubro Awwal, ayahanda Maulana Ibrahim Zainuddin dan Maulana Abu Ahmad Ishaq. Ulama di era Ratu Tribhuwana (1328 - 1350)
2. Syarif Husain Jumadil Kubro, ayahanda Syarif Ali Nurul Alam dan Syarif Muhammad Kebungsuan. Ulama di era Wikramawardhana (1389 - 1429)
3. Syekh Jamaluddin Samarkhan Jumadil Kubro, ayahanda Maulana Ibrahim Asmoroqondi. Ulama di era Wikramawardhana (1389 - 1429)
Para sejarawan pada umumnya belum bisa menentukan thariqah yang pertama kali tiba di Nusantara. Thariqah sendiri baru mulai menjadi minat perhatian setelah diteliti oleh Martin Van Bruinessen. Apalagi Sejarawan Indonesianis yang memang belum menyentuh aspek budaya sebagai fakta historiografi. Mereka masih merujuk pada fakta-fakta tertulis sebagaimana tulisan-tulisan sarjana asing dalam merekayasa sejarah Nusantara. Padahal, sarjana-sarjana asing juga menulis dari fakta-fakta yang mereka anggap sendiri sebagai bukan fakta, tradisi dan adat istiadat.
Mengenal thariqah Al Kubrawiyah pertama kali dikembangkan oleh Syekh Najmuddin Al Kubra (1145-1221 Masehi) di wilayah Uzbekistan. Memiliki nama lengkap al-Imam al-Zahid al-Qudwah al-Muhaddits al-Syahid Shani al-Auliya Abu al-Jannabi Ahmad Ibn ‘Umar Ibnu Muhammad Najmu al-Din Kubra al-Khawarasmi al- Khauwaqiyi yang lahir tahun 540 H. dan wafat pada tahun 618 H. Beliau mempunyai empat julukan, antara lain adalah; Shani’ul Auliya’, Abûl Jannabi, al-Kubra, dan al-Khawarasmi al-Khawwaqi.
Beliau dijuluki Shani’ul Auliya karena ada dua pandangan; pertama, secara ma’qul (rasional) dan kedua, secara manqul (irrasional). Secara rasional, karena murid beliau banyak yang menjadi wali dan menjadi orang-orang salih. Sebab yang irrasional, ketika beliau melihat seseorang yang dalam kondisi mabuk (jadzâb) maka orang tersebut akan menjadi seorang wali.
Adapun sebab dijuluki Abu Jannab karena beliau menjauhi urusan-urusan dunia, zuhud, dan melaksanakan suluk tarekat sufiyah. Sedangkan beliau dijuluki al-Kubra sebagaimana pendapat Imam ibn 'Ammat al-Hambali dalam kitabnya Syatrad al-Dahhat karena ketika beliau masih kecil sudah mampu memahami perkara-perkara yang musykil dan sulit.
Sedangkan beliau dijuluki al-khuwaarasmi al-khaywaqiy adalah beliau dinisbatkan terhadap khuwaarasmi yaitu suatu daerah yang besar di negara persi (pendapat Imam Yaqut al-Hamami).
Thariqah ini memang memiliki ciri kemiripan dengan aliran-aliran kebatinan pada umumnya yang tumbuh subur di wilayah Asia Tengah seperti Chistiyah, Isyraqiyah, Qadiriyah, atau bahkan Syattariyah dan Naqsyabandiyah. Thariqah ini memiliki kemiripan pada praktik-praktik yoga dan olah pernafasan yang umum berkembang sejalan dengan interaksi kaum muslim yang mulai tersebar di wilayah Hindustan.
Thariqah-thariqah dengan inti pengajaran pada olah pernafasan dan kanuragan ini menjadi jalan alternatif untuk menghindari konflik yang terlalu tajam terhadap penganut formalistik Islam yang merambah pada wilayah-wilayah hukum (fiqh) dan teologi (Kalam). Hanya saja, praktik-praktik olah pernafasan dan kanuragan tersebut kemudian lebih terimplementasi ke dalam bentuk zikir dan majelis zikir. Bahkan, Syekh Abdul Qadir Al Jilani (1077-1166 Masehi) dianggap sebagai tokoh yang mempopulerkan thariqah sebagai jama’ah, barisan, atau komunitas zikir.
Merujuk pada naskah yang dianggap tertua di Nusantara, Syekh Hamzah Fansuri (tanpa tahun) dalam “Syair Perahu”nya, ada menyebut nama “Qadiri”.
Pola sebaran thariqah yang bersifat olah batin dan bisa membumi dengan budaya lokal, terutama tradisi, hukum, dan adat istiadat di Nusantara telah menyulitkan Martin untuk mengidentifikasi secara persis. Thariqah-thariqah batiniyah tersebut melebur ke dalam upacara-upacara dan tradisi-tradisi masyarakat Nusantara seperti pencaksilat, bebantenan, bebali, upacara kelahiran dan kematian, dan lain sebagainya.
Dengan demikian, Islam dikenal lebih dahulu karena praktik-praktik budaya pada masanya yang dapat berasimilasi, berakulturasi, dan membumi yang pada masa sebelumnya sudah menjadi praktik-praktik budaya masyarakat Nusantara. Dan, karena mereka menempuh jalan batin dan rahasia, maka tidak heran, jika kemudian mereka dikenal sebagai Rijal Al Ghaib, Mastur (tak dikenal), dan dengan nama sebutan lain seperti mulamatiyah.
Berikutnya, thariqah akan menampilkan diri lebih terang ke dalam budaya Islam Nusantara setelah kitab Ihya Ulum Al Din karya Imam Al Ghazali (wafat 1111 Masehi) diajarkan di pesantren-pesantren.
Jadi, bukan karena Islam lokal dipandang sebagai mencampuradukkan tradisi dan budaya Hindu dan Buddha, tapi memang ada kemiripan di dalam praktik-praktiknya. Terutama, ketika budaya Dinasti Khusan yang beragama Buddha, membentuk Kekaisaran Khurasan di Asia Tengah jauh sebelum Islam lahir. Budaya batiniyah itu sudah hidup dan bukan semata monopoli dari kaum Majusi, meskipun budaya Majusi di Persia lebih dekat kepada budaya Arab.
Wallahu alam
[13/3 18.41] SUHU PSPB RONGGOLAWEZ21: ADVERTISEMENT
Close
CLOSE AD
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Home
Berita
Sepakbola
Hukum & Kriminal
Budaya
Wisata
Kuliner
Bisnis
Jateng Meriah
Foto
Video
Indeks
Terpopuler
detikJateng
Budaya
Melihat Masjid Makam Bayat, Peninggalan Sultan Agung untuk Sunan Pandanaran
Achmad Hussein Syauqi - detikJateng
Rabu, 13 Mar 2024 15:21 WIB
Foto: Masjid Makam Bayat di kompleks makam Sunan Pandanaran Klaten, Rabu (13/3/2024). (Achmad Hussein Syauqi/detikJateng)
Klaten - Di kawasan makam Sunan Pandanaran, Desa Paseban, Kecamatan Bayat, Klaten terdapat dua masjid kuno bersejarah. Masjid Golo merupakan masjid asli semasa Sunan Pandanaran masih hidup dan Masjid Makam Bayat.
Masjid Makam Bayat merupakan masjid yang dibangun raja terbesar Mataram Islam, Sultan Agung. Masjid berukuran sekitar 8x12 meter itu berdiri di pelataran bukit Cokro Kembang, perbukitan yang menjadi kompleks utama makam Sunan Pandanaran.
Untuk mencapai masjid itu, pengunjung harus melalui sekitar 200 anak tangga yang dimulai dari loket masuk. Setelah menapaki anak tangga dengan ketinggian 860 dpl, pengunjung akan sampai di kompleks makam Sunan Pandanaran yang dikelilingi tembok tinggi dan tebal.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga:
Menengok Ponpes Khusus Autis di Kudus, Cetak Lulusan Mandiri hingga Kuliah S2
Tepat setelah lepas dari pintu masuk kompleks, terdapat masjid makam tersebut dengan halamannya yang cukup luas. Bangunan masjid memang sudah plester tembok karena sesuai tanggal di tembok pintu masuk pernah direnov tahun 1976.
Meskipun sudah diplester, pintu masuknya masih asli dengan bahan kayu jati yang tingginya hanya sekitar 160 centimeter. Di dalam masjid yang juga sering disebut musala itu terdapat empat tiang kayu tanpa paku dengan sambungan pasak kayu.
ADVERTISEMENT
Masjid Makam Bayat di kompleks makam Sunan Pandanaran Klaten, Rabu (13/3/2024). Foto: Achmad Hussein Syauqi/detikJateng
Dua jendela kayu ukuran kecil dipasang di kanan dan kiri mihrab. Mihrab atau tempat imam juga identik dengan masjid kuno yang menyerupai mulut gua dengan tinggi sekitar 160 centimeter.
Di atas mihrab terdapat deretan makam warga yang hidup di masa setelah Sunan Pandanaran. Di samping masjid terdapat gapura Pangrantunan yang berbentuk candi Bentar berbahan batu kapur putih.
Di depan halaman terpasang papan peringatan dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (sekarang BPK wilayah X). Di dalam papan penjelasan historis dijelaskan pada salah satu gapura pintu masuk yang disebut gapura Penemut yang bercorak Hindu terdapat sengkalan tahun pembangunan kompleks makam tahun 1555 saka, atau 1633 Masehi atau masa Sultan Agung.
Baca juga:
Viaduk Gilingan Akan Ditutup 3 Minggu, Ini Jadwal dan Rekayasa Lalinnya
Dijelaskan lebih jauh, Sultan Agung berperan besar dalam perbaikan kompleks makam Sunan Pandanaran. Hal itu tertulis dalam Babad Nitik yang menyebut pembangunan kompleks makam oleh Sultan Agung dimulai tahun 1620 Masehi.
"Setelah Kanjeng Sunan wafat, masjid ini baru dibuat oleh Sultan Agung. Masjid yang asli peninggalan kanjeng sunan Masjid Golo sana (di bukit sebelah)," kata juru kunci makam, Suripto kepada detikJateng, Rabu (13/3/2024) siang dengan bahasa Jawa campuran yang diterjemahkan.
Diceritakan Suripto, selain masjid, Sultan Agung juga membangun tembok keliling dan beberapa gapura (bercorak candi bentar) di kompleks makam. Temboknya dulu hanya batu bata merah.
"Temboknya dulu dari batu bata merah tidak diplester seperti itu (di sekitar gapura Pamuncar). Masjid sampai sekarang masih digunakan untuk salat lima waktu dan salat tarawih," jelas Suripto.
Baca juga:
11 Wisata Religi di Semarang: Kelenteng-Kembaran Masjid Nabawi
Wartoyo (42), perawat masjid menyatakan masjid makam itu hanya tambahan yang dibangun Sultan Agung. Masjid asli Sunan Pandanaran adalah masjid Golo.
"Aslinya ya masjid Golo itu. Tapi masjid makam ini juga masih berfungsi untuk ibadah setiap hari, sama seperti masjid Golo juga masih terawat dan digunakan masyarakat," terang Wartoyo kepada detikJateng.
Simak Video "Bersantai Menikmati Suasana Sambil Floating-floating di Umbul Kapilaler, Klaten"
(apu/cln)
budaya jateng
klaten
masjid makam bayat
sunan pandanaran
makam sunan pandanaran
sultan agung
Rekomendasi untuk Anda
detikJateng
Jadwal Buka Puasa Hari Ini Semarang dan Sekitarnya, 12 Maret 2024
detikJateng
Jadwal Buka Puasa Hari Ini Semarang dan Sekitarnya, 13 Maret 2024
detikJatim
Ungguli Suara Halim Iskandar, Bos Lion Air Terbang ke Senayan
detikNews
Prabowo Unggah Momen Buka Puasa Bersama Titiek Soeharto dan Didit
detikProperti
Hartanya Rp 2.000 Triliun Tapi Tinggal di Rumah Rp 400 Juta-an
detikJatim
Vonis Mati 5 Preman Bangkalan yang dengan Biadab Bunuh-Perkosa Sejoli Pacaran
Selengkapnya
Berita Terkait
Teganya Suyadi Bunuh Sadis Mbah Harto Usai Curi Sekarung Pasir Miliknya
302 Makam Dipindahkan Terdampak Pembangunan Tol Solo-Yogyakarta
Tol Jogja-Solo Dibuka hingga Ceper Klaten Saat Libur Nataru
part of
Redaksi
Pedoman Media Siber
Karir
Kotak Pos
Info Iklan
Privacy Policy
Disclaimer
Download aplikasi detikcom
Copyright @ 2024 detikcom, All right reserved
Baca artikel detikjateng, "Melihat Masjid Makam Bayat, Peninggalan Sultan Agung untuk Sunan Pandanaran" selengkapnya https://www.detik.com/jateng/budaya/d-7239478/melihat-masjid-makam-bayat-peninggalan-sultan-agung-untuk-sunan-pandanaran.
Download Apps Detikcom Sekarang https://apps.detik.com/detik/
[13/3 20.02] SUHU PSPB RONGGOLAWEZ21: https://www.facebook.com/groups/2238151459695598/permalink/2797697457074326/?sfnsn=wiwspwa&ref=share&mibextid=KtfwRi
Jejak-jejak Leluhur, yang menyatukan kita jadi Sedulur.
Pendahulu kita dulu mencatat/ membukukan, kita tinggal meneruskan
[13/3 20.11] SUHU PSPB RONGGOLAWEZ21: Ibnu Hazm Bongkar Nasab Palsu Ba'alawyy
https://www.facebook.com/share/v/9MFL4VUy4nDriEt4/?mibextid=w8EBqM
Ini Bani ubaib yang di klaim leluhur nya ba'alawi
[13/3 20.13] SUHU PSPB RONGGOLAWEZ21: https://www.facebook.com/share/p/xjiU2M3j6LouRvjv/?mibextid=oFDknk
EMIR MEKKAH MENOLAK NASAB BA'ALAWI DAN MENGHUKUM OKNUM2 BA'ALAWI YANG BERANI MENIKAHI SYARIFAH
#BAALAWI FIX MEREKA KELOMPOK BER Y'DNA HAPLOGROUP G (YAHUDI ASKENAZI)
( KINI MASYHUR SEBAGAI PARASIT NASAB )
#Syarif Awn al-Rafīq Pāshā ibn Muḥammad ibn 'Abd al-Mu'īn ibn Awn , Emir Mekkah / Syarif Mekkah dari tahun 1882 hingga 1905.
Dalam kitab Al-Istizaadah fii Akhbarissaadah, halaman 1093, disebutkan bahwa Syarif Mekkah bernama Syarif ‘Awn ar-Rafiiq, pernah menghukum beberapa orang bermarga Alathas, Assegaf, dan Bafaqih. Mereka semua ini berasal dari klan Ba’Alawy Hadramaut.
Secara spesifik disebutkan bahwa Syarif ‘Aun menghukum seorang baFaqih dengan tigaratus pukulan karena dia berani menikah dengan seorang syarifah.
Syarif ‘Awn ar-Rafiiq juga melarang orang-orang dari klan Ba’Alawy untuk menggunakan gelar sayyid. Dia juga melarang penggunaan gelar sayyid itu pada tulisan atau catatan, baik resmi maupun tidak resmi. Di halaman yag sama juga disebutkan bahwa Syarif ‘Aaun memenjarakan beberapa orang termasuk seorang tokoh dari keluarga Al-Habsyi Ba’Alawy.
#SYARIF MEKKAH ADALAH KOMUNITAS SAYYID SYARIF ASLI KETURUNAN RASULULLAH SAW YANG SELAMA RIBUAN TAHUN MENETAP DI MEKKAH LEBIH DARI 3000 MANUSKRIP TUA MENGUATKAN KEBENARAN MEREKA SEBAGAI DZURRIYAH NABI MUHAMMAD SAW, ( SYUHRO WAL ISTIFADOH TER OTENTIK )
[14/3 03.19] SUHU PSPB RONGGOLAWEZ21: https://www.facebook.com/share/p/wkce7i62NKUTW8Ue/?mibextid=xfxF2i
Tak perlu harus debat ngalor ngidul tak jelas, ujung2 nya hanya sok pintar, sok tau, tp pembuktiannya Nol besar,
Kh Imaduddin Usman al-Bantani dan lain2 pun modal sendiri ngumpulkan kitab sebagai penguat tesis nya, kenapa baalwi TDK mampu,
Tidak mampu atau memang asli palsu, sehingga tidak bisa di temukan kitab sezaman itu,
[14/3 18.16] SUHU PSPB RONGGOLAWEZ21: https://mbahtoyyib.blogspot.com/2024/03/awas-majlis-penebar-khurofat.html
Awas, Majlis Penebar Khurofat
Maret 14, 2024
Seseorang dapat dikatakan sebagai ulama tidak dengan begitu saja terjadi. Salah satu syarat bagi ulama adalah harus bisa membaca kitab-kitab kuning, bukan kitab-kitab terjemahan.
Karena, ajaran Islam turun di Arab serta sumber pokok ilmu Islam berbahasa Arab. Kitab-kitab ulama untuk rujukan utama pun berbahasa Arab, kitab itu di Nusantara dikenal dengan nama kitab kuning.
Untuk dapat membaca kitab-kitab kuning itu, dibutuhkan disiplin ilmu yang matang yakni ilmu nahwu dan ilmu sharaf. Ilmu nahwu dan ilmu sharaf menjadi kunci bagi ulama untuk dapat memahami secara menyeluruh struktur kata dan kalimat yang tersaji di dalam kitab-kitab kuning.
Maka jangan sampai, ada seseorang yang didapuk sebagai ulama namun yang bersangkutan tidak paham ilmu nahwu dan ilmu sharaf. Di dunia pesantren, kedua jenis ilmu itu memang diajarkan secara berkelanjutan kepada para santri. Tujuannya adalah agar para santri mampu membaca kitab-kitab kuning dan mendiskusikannya secara bersama-sama.
Faktanya, kita bisa membaca dan memahami kitab kuning atas didikan dari para Kiai bukan dari Habaib. Kiai-kiai kita sangatlah handal dalam membuka kajian kitab kuning, maka sangat pantas di sebut Ulama.
Sedang Habaib kebanyakan hanyalah penceramah biasa bukan termasuk Ulama, karena mereka buta akan kitab kuning. Dalam kegiatannnya hanyalah di isi sholawatan atau dzikiran, namun yang paling parah mereka dalam majlis-majlisnya selalu menebarkan cerita khurofat dan dongeng-dongeng halusinasi penuh kemusyrikan.
Waallahu Alam
[14/3 18.39] SUHU PSPB RONGGOLAWEZ21: https://www.facebook.com/share/p/thCZ9xxSP79jNzUY/?mibextid=xfxF2i
walaupun kami alwi tapi kami bukan baalawi, kami palembang darussalam, kami juga bukan habib.
[14/3 18.48] SUHU PSPB RONGGOLAWEZ21: https://www.facebook.com/share/p/cmzY5rUG92KbLYjw/?mibextid=A7sQZp
Sumber Sanad Tarekat / Warisan Ajaran Walisongo untuk Keturunan Walisongo Generasi 2- 3 - 4 di Bawah Sunan Ampel semua Bermuara Ke Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) wafat 1568M Usia 120 Tahun ketika Wafatnya
- Kubrawiyah
- Ishiqiyah
- Naqsabandi
- Qodiriyyah
- Syazilliyah
- Syatarriyyah
Beberapa Tarekat di atas Tdk Berlanjut Sebab Masa Konflik Perang Dengan Belanda Di Masa Pertengahan dan Akhir Abad 17 / 1600 an
#Catatan
Beberapa TAREKAT Masih ada dan di Lestarikan Keluarga keluarga Keturunan Walisongo (Bukan Untuk Di ajarkan Secara umum , Hanya di Wariskan ke Pada Sayyid Syarif Keturunannya WALISONGO , Sesama Kerabat2 Dekat Saja )
[14/3 22.13] SUHU PSPB RONGGOLAWEZ21: https://www.facebook.com/share/p/wT4bA7ASz7hDz2L3/?mibextid=A7sQZp
RT Mertodiningrat "Kanjeng Kyai Gutuk Api" Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat (makam imogiri pasareyan HB) bin Panembahan Minang Langsie bin Panembahan Djiwo bin Maulana Agung Pandanarang II Tembayat bin Pangeran Anom Madyo Pandanarang I Semarang bin Syah Alam Akbar Il - I Demak ... Dst
*data turun temurun 14 generasi bukan kaleng2x hasil dari mengarang , copy paste dari mbah google atau versi karangan imajinasi halunisasi ga jelas para dukun paranormal Gus samsudin di klaten yg jualan klenik untuk cari makan dgn mengaku sbg juru kunci dan bukan versi karangan oknum habib ba'alawi yg jelas tidak ada hubungannya .
#off
و الحمد لله رب العالمين
صلى الله على محمد
0 comments:
Post a Comment