HARTABUTA :
Ahad, 14-7-2024.
Lanjutan ke 4;
*D. Menyikapi Polemik Nasab*.
- *Pengantar*.
Fenomena Sikap Beberapa kelompok, terhadap polemik "tesis" (kesimpulan sebuah penelitian, bukan karya ilmiah akademik), KH. Imaduddin Al Bantani ada beberapa macam.
Pada umumnya, masyarakat, organisasi pemerintah maupun keagamaan seolah-olah hanya 'menonton' sebuah pertarungan antara seekor harimau dan singa. Semuanya hanya menonton dengan harap-harap cemas, mau ikut melerai takut kena cakarnya, di samping juga karena tidak banyak orang yang menguasai ilmu nasab dan sejarah keluarga, kecuali ya anggota keluarga itu sendiri.
Para tokoh (saadah), baik dari kalangan dzurriyah Walisongo maupun dzurriyah Ba'alawi sudah terlanjur banyak yang menjadi tokoh di dalam panggung kehidupan politik dan keagamaan. Sehingga perseteruan ini juga akan menjadikan dua panggung tersebut menjadi hiruk-pikuk dan berserakan. Dengan demikian maka ketentraman dan keharmonisan kehidupan masyarakat, khususnya di kedua panggung tersebut akan menjadi terganggu juga.
Oleh karena itu sebaiknya para tokoh masyarakat, khususnya yang terkait dengan polemik tersebut mengambil peran dalam menghentikan polemik tersebut. Karena jika dibiarkan polemik ini bisa berubah menjadi 'pertempuran' di dunia Maya yang percikan nya bisa menimbulkan bara api permusuhan di alam nya.
- Kelompok pendukung tesis Kyai Imad.
Sebaiknya segera menghentikan bulian, cacian dan penyebaran serta ujaran kebencian terhadap klan Ba'alawi. Takutlah kepada Allah, yang telah melarang kita menghina saudara sesama muslim. Sebagai mana firman-Nya:
{ یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ لَا یَسۡخَرۡ قَوۡمࣱ مِّن قَوۡمٍ عَسَىٰۤ أَن یَكُونُوا۟ خَیۡرࣰا مِّنۡهُمۡ وَلَا نِسَاۤءࣱ مِّن نِّسَاۤءٍ عَسَىٰۤ أَن یَكُنَّ خَیۡرࣰا مِّنۡهُنَّۖ وَلَا تَلۡمِزُوۤا۟ أَنفُسَكُمۡ وَلَا تَنَابَزُوا۟ بِٱلۡأَلۡقَـٰبِۖ بِئۡسَ ٱلِٱسۡمُ ٱلۡفُسُوقُ بَعۡدَ ٱلۡإِیمَـٰنِۚ وَمَن لَّمۡ یَتُبۡ فَأُو۟لَـٰۤىِٕكَ هُمُ ٱلظَّـٰلِمُونَ }
[Surat Al-Hujurat: 11]
*Artinya:*
Hai orang-orang yang beriman, janganlah sebuah kaum diantara kalian saling mengolok-olok, jangan-jangan yang diolok-olok lebih baik daripada yang mengolok-olok. Demikian juga para wanitanya, jangan saling mengolok-olok. Karena bisa jadi wanita yang diolok-olok lebih baik dari pada yang mengolok-olok.
Dan janganlah kalian saling mencela, juga janganlah kalian saling memanggil dengan panggilan yang buruk. Seburuk-buruk nama adalah panggilan yang buruk-buruk setelah kalian beriman. Dan siapa saja yang tidak mau bertaubat, maka itulah orang-orang yang benar-benar dlolim".
Yakinlah bahwa kebenaran ilmiah adalah bukan merupakan kebenaran yang tertinggi, masih ada kemungkinan salah. Bisa jadi pada waktunya ada dalil yang bisa ditemukan. Misalnya ternyata Sayyid Ahmad bin Isa, mempunyai Istri yang tidak masyhuroh, sehingga putranya yang bernama Abdulloh atau 'Ubaidillah tidak ada yang mencatatnya, pada awal-awal abad di zaman beliau. Dan ini sangat biasa terjadi di kalangan para Masyayikh dan Saadaat.
Jangan sampai kita terlanjur mempertuhankan ilmu dan akal kita. Ternyata pada hakikatnya salah.
Sayangi sesama saudara muslim dengan melindungi harga diri dan kehormatannya. Allah pasti akan melindungi dan meninggikan harga diri dan kehormatan kita.
Marilah kita ingat dan peganggi pesan Rasulullah untuk kita semua, yang artinya:
"Seorang muslim adalah bersaudara dengan sesamanya. Tidak boleh saling berbuat dholim dan aniaya. Barangsiapa yang mau membantu saudara saudaranya, Allah pasti akan mencukupi kebutuhannya , barangsiapa yang membebaskan saudara, maka Allah akan membebaskan dari kesulitannya di. Dan barangsiapa yang mau menutupi aib saudara nya, maka Allah akan menutupi aibnya di akhirat".
Jika para pendukung tesis Kyai Imad, terus melakukan bullying dan caci maki dan menebar permusuhan, dan kebencian, pasti saudara kita juga semakin sakit hati dan benci serta dendam kepada kita, mereka juga adalah manusia, seperti kita yang punya perasaan juga tipu daya.
Dan suatu saat bisa membalas dendam perbuatan buruk kita, kepada kita atau anak cucu kita yang tidak ikut berbuat dosa.
Dan yang jelas, pasti terjadi permusuhan yang berkepanjangan, sehingga terjadi perpecahan umat dan bangsa Indonesia.
- Bagi mereka yang menolak tesis Kyai Imad, khususnya kaum Ba'alawi.
Sikap yang terbaik adalah husnudzon (berprasangka baik), taslim (menyerah) dan ridho (menerima dengan senang hati).
Berprasangkalah yang baik dengan Kyai Imad, seperti yang dia sampaikan. Bahwa beliau ingin mengetahui kebenaran silsilah nasab kita (silsilah nasab keluarga saya juga Ba'alawi Yang Walisongo), untuk membuktikan "benarkah nasab Ba'alawi itu muttasil dengan Rasulillah", khususnya mereka yang realitasnya akhlaknya tidak mencerminkan akhlak Rasulullah ?.
Sebagai bahan instrospeksi diri (muhasabah), sudahkah kita menjadi dzurriyah Thoyyibah bagi Rasulullah. Dzurriyah yang membanggakan leluhurnya. Atau jangan-jangan memang benar kita bukan dzurriyah Rasulillah.
Marilah kita berterima kasih kepada Kyai Imad, yang telah bersusah payah meneliti sampai menemukan Nasab nenek moyang kita. Yang ternyata tidak sambung dengan Rasulullah secara biologis. Marilah kita bertaubat kepada Allah karena kita telah berbangga diri dengan nasab suci Rasulullah... tetapi ternyata kita malah mengotori kesucian keluarga Rasulullah, dengan seringkali berakhlak Buruk....
Selain berprangka baik dengan niat baik kyai Imad, kita juga penting berprasangka baik kepada kompetensi (kemampuan), kyai Imaduddin Al Bantani. Tidak mungkin beliau berani "meneliti" nasab suci kebuah klan, yang selama ini telah masyhur (Syuhroh) dan berlaku di masyarakat (ifadloh), kalau belia seorang kyai atau ulama' biasa. Kalau melihat karya-karyanya tulisnya, saya bisa mengatakan bahwa KH. Imaduddin Al Bantani adalah Ulama' NU yang paling 'aliim di abad ini.
Setidaknya, ulama' Nusantara yang sekarang masih hidup. Bahkan beliau bukan hanya seorang ulama' (orang yang banyak ilmu agamanya, banyak membaca kitab), tetapi juga seorang peneliti (Al bahits).
Bagi mereka yang kontra terhadap tesis Kyai Imad, khususnya kaum Ba'alawi dan para Muhibbinnya, sebaiknya tidak melakukan kounter negatif (penolakan dengan emosional dan propokatif), Taslim (menyerahkan diri kepada Allah SWT), adalah sikap yang terbaik. Kalau bisa melaksanakan perintah Nabi "fal yaqul Khoiron au liyasmut". Ngalah bukan berarti kalah. Hanya Allah yang maha mengetahui kebenaran yang sesungguhnya.
Toh kemuliaan yang sesungguhnya bukan pada Nasab, tetapi pada adab dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Firman Allah SWT: *Inna akromakum 'indallaahi, atqookum*. Sungguh yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah orang yang bertaqwa. Kata Nabi: *Inna alu Muhammadin attaqiyyu* sesungguhnya keluarga Muhammad itu adalah orang yang bertaqwa.
Kata Nabi juga: *Akmalul mukminina iimanan ahsanuhum khuluqan* paling sempurna keimanan orang-orang Islam adalah yang paling baik akhlaknya.
Kata Nabi juga; *Khoirun Nas anfa'uhum lin Nas, wa ahsanuhum khuluqan*. Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya, dan yang paling baik akhlaknya.
Pernyataan, penemuan dan pembatalan ataupun menetapkan silsilah nasab keluarga kita, pada hakikatnya tidak akan mempengaruhi status kita di hadapan Allah SWT. Bahkan bisa memperringan beban moral kita kepada Rasulullah Saw.
- Bagi para pendukung dan muhibbin , baik dari kalangan dzurriyah Walisongo maupun dzurriyah Ba'alawi.
Sikap terbaik adalah ikut meredam polemik yang telah melampaui batas panas suhu pertentangannya. Jangan malah mengompori dan memperkeruh suasana polemik. Tidak perlu berlebihan di dalam membela dan mencintai, sehingga keluar dari koridor Islam ala Ahli Sunnah wal jama'ah (tawazun, tawasut dan i'tidal,). Dengan mencela, mencaci maki dan menebar kebencian terhadap lawan polemik.
Ingatlah bahwa persaudaraan, persatuan dan kesatuan umat Islam adalah sesuatu yang sangat besar artinya bagi negara kesatuan Republik Indonesia.
Jangan sampai karena pembelaan yang ceroboh dari kita, justru orang-orang yang kita cintai terjatuh ke dalam murka Allah SWT juga kehinaan di dalam kehidupan bermasyarakat.
- Para Tokoh yang terlibat dalam konflik , khususnya RA dan PBNU.
Sebaiknya Robithoh Alawiyah, jika memang merasa benar secara ilmiah, segera membuat team pembela Islam, dan memberikan jawaban di forum ilmiah di hadapan Kyai Imaduddin dan para pakar atau ulama' yang independen. Tidak membiarkan polemik berubah menjadi perang saudara.
Sedangkan PBNU, juga sangat penting untuk segera menunjukkan langkah konkret untuk melakukan rekonsiliasi antara kedua belah pihak yang lagi berpolemik, dengan penuh keadilan dan kearifan.
و الحمد لله رب العالمين
صلى الله على محمد
0 comments:
Post a Comment