Ahad, 25-5-2025.
https://www.facebook.com/share/p/1C3rEHGgGG/
Mawar Berduri dari Majapahit! Inilah Kisah Sang Gusti yang Dilupakan Sejarah!
Pada suatu masa ketika Kerajaan Majapahit berdiri megah di Nusantara, hiduplah seorang wanita bangsawan yang namanya terpatri dalam sejarah dengan pesona dan keberaniannya, Gusti Ayu Anjasmoro. Ia bukan sekadar putri berdarah biru, ia adalah lambang kekuatan perempuan dalam pusaran politik dan perang.
Di tengah gejolak perpecahan pasca runtuhnya Majapahit, ketika kekuatan kerajaan mulai memudar dan kerajaan-kerajaan kecil mulai memperebutkan tahta, Anjasmoro tampil sebagai sosok yang membawa harapan baru. Ia tak hanya dijodohkan sebagai alat politik, ia mengubah takdirnya menjadi penggerak perubahan.
Dalam sebuah peristiwa krusial, saat tanah Jawa dibayangi pertempuran antara faksi-faksi yang mengaku pewaris Majapahit, Anjasmoro berdiri di tengah, menjadi mediator antara darah dan tanah. Ia menolak menjadi korban konflik. Ia memilih menjadi jembatan antara yang bertikai. Ketika perang nyaris meledak, Anjasmoro justru menghimpun para bangsawan dan rakyat untuk menyatukan kembali warisan leluhur mereka.
Legenda berkata bahwa Anjasmoro sempat memimpin pasukan wanita Majapahit dalam perlawanan terhadap penjajahan awal dari luar Jawa, menunjukkan bahwa perempuan pun bisa berdiri sejajar di medan laga. Ia dikenal sebagai “Mawar Berduri dari Timur”, karena keanggunannya disandingkan dengan ketegasan yang mematikan.
Hingga akhir hayatnya, Gusti Ayu Anjasmoro tetap menjadi simbol dari harapan, kesetiaan pada tanah leluhur, dan keanggunan yang menyatukan. Di balik kisah raja dan perang, nama Anjasmoro bergema dalam senyap, sebagai perempuan yang tidak meminta panggung, namun meninggalkan jejak abadi.
#majapahit #sejarah #jawa #gustiayuanjasmoro #viral #fyp
https://www.facebook.com/share/p/16Bjz2xgTD/
Kertawardhana
( Raden Cakradhara/ Bhre Tumapel )
Lahir : Majapahit, 1300 M.
Bhre Tumapel ke - 1 di Singhasari : 1328-1386 M.
Suami Tribhuwana Tunggadewi.
Orang Tua : ♂ Adwayawarman / Adwayadwaja (Rakryān Mahāmantri Dyah Adwayabrahma / Sri Wilatikta Brahmaraja I), ♀ Dara Jingga / Indreswari (Li Yu Lan / Sri Tinuhanengpura).
Saudara : ♂️Raja Adwaya Adityawarman/ Srimat Sri Udayadityawarma Rajendra Warmadewa (1294 - 1376), ♂ Arya Kenceng / Sirarya Kenceng, ♂ Arya Belog / Sirarya Belog (Tan Wi Kan), ♂ Arya Sentong / Sirarya Sentong, ♂ Arya Kutawandira / Sirarya Kuta Wandira (Sirarya Kutawaringin).
Istri : ♀ Tribhuwana Wijayatunggadewi / Dyah Gitarja (Ratu Kenconowungu).
Anak : ♂ Prabu Hayam Wuruk, ♀Rajasaduhiteswari Dyah Nartaja / Bhre Pajang I.
Wafat : Trowulan, Majapahit 1386 M.
Makam : Candi Sarwa -Jayapurwa, Desa Japan - Pasuruan.
Keterangan :
Kisah menarik tentang Kertawardhana, pria mujur yang berhasil memenangkan sayembara untuk menikahi Ratu Majapahit pertama, Tribhuwana Wijayatunggadewi, membawa nuansa romantis dan keberanian dalam sejarah Majapahit.
Tribhuwana, seorang perempuan tangguh, naik tahta untuk menggantikan saudaranya, Prabu Jayanagara, yang telah wafat. Dalam buku "Menuju Puncak Kejayaan, Sejarah Kerajaan Majapahit" karya Prof. Slamet Mulyana, diungkapkan bahwa Tribhuwana menghadapi kendala dalam melangsungkan pernikahan akibat siasat Jayanagara, saudaranya sendiri.
Jayanagara sengaja menghalangi pernikahan Tribhuwana, mungkin dengan niatan untuk menjadikannya sebagai pasangan hidup demi mengamankan posisinya sebagai penguasa Majapahit. Setelah wafatnya Jayanagara, Tribhuwana akhirnya mendapat kebebasan untuk memilih pasangan.
Serat Pararaton mencatat bahwa Tribhuwana menikah melalui sayembara dengan Raden Cakradara, sementara Kakawin Nagarakretagama menyebut suaminya sebagai Sri Kertawardhana yang memerintah di Singasari. Pararaton juga menyebut Kertawardhana sebagai putra Cakradara yang memimpin di Tumapel.
Wengker, tempat yang terkait dengan sayembara, terletak di wilayah Majapahit sekitar Gunung Wilis hingga Gunung Lawu. Namun, informasi tentang Kertawardhana masih terbatas. Ia diyakini sebagai keturunan bangsawan Singasari di Tumapel dan penganut setia ajaran Budha.
Dalam Kakawin Nagarakretagama, Mpu Prapanca menggambarkan Kertawardhana sebagai sosok bijaksana dalam mengelola hukum. Dalam Pupuh 3, disebutkan, "Ayahnya Sri Baginda raja bersemayam di Singasari. Bagai Ratnasambawa menambah kesejahteraan bersama. Teguh tawakal memajukan kemakmuran rakyat dan Negara. Mahir mengemudikan perdata, bijak dalam segala kerja."
Kisah ini menjadi bukti keberanian Kertawardhana dan bagaimana ia berhasil memenangkan hati Ratu Majapahit Pertama melalui sayembara, membawa kebahagiaan bagi Kerajaan Majapahit.
0 comments:
Post a Comment