HARTABUTA :
Sabtu, 19-4-2025.
Saya paling tidak bisa diam ketika ada orang Madura "memamerkan" celurit di tempat dan dengan maksud yang tidak sepantasnya.
Apalagi sambil menyanyikan mars Banser NU yang diplesetkan liriknya dengan kata-kata provokatif-agitatif. Batin saya bergejolak, karena ini menyangkut citra suku Madura.Segerombolan orang ini sedang mengikuti orasi Bahar yang provokatif-sebagaimana kebiasaannya-dan memamerkan celurit sambil memekikkan takbir bernuansa kebencian. Saya tidak tahu ini terjadi di Madura bagian mana. Yang pasti bukan di Sumenep. Video ini saya ambil dari akun TikTok bernama "Muslim Firdauz".
Saya sebetulnya sudah lama berusaha "move on" dari mengomentari gerombolan-gerombolan berisik yang suka memelintir simbol-simbol agama, seperti si Bahar, Rizieq dkk itu. Tapi kalau sudah melibatkan dan mengagitasi suku Madura untuk bertingkah bodoh, jempol saya jadi tak tahan.
Saya tidak habis pikir, bisa-bisanya orang-orang ini mau duduk dan berdiri selama berjam-jam hanya untuk mendengarkan orasi keagamaan bukan, orasi ilmiah juga bukan, dari orang yang baca kitab kuning saja balepotan. Tapi wajar sih, orang bodoh memang gampang dibodohi oleh orang bodoh.
Konon, celurit bagi orang Madura itu simbol perlawanan, keberanian, dan kepahlawanan atas harga diri dan keluarganya. Sekarang, celurit (bagi orang-orang seperti dalam video ini) tak lebih dari sekedar simbol keangkuhan, bahkan kebodohan. Alih-alih menyelesaikan masalah, justru mereka adalah masalah itu sendiri.
Mungkin Anda tidak akan menemukan orang-orang meneriakkan takbir sambil memamerkan celurit, kecuali di Madura. Anda juga tidak akan menemukan segerombolan orang yang menamai diri "tabligh/pengajian akbar" dan "pembela Rasulullah" tetapi memamerkan celurit plus ujaran kebencian, kecuali di Madura.
Makanya, tidak usah heran kalau masih banyak saudara kita di luar sana yang terus-terusan memandang sebelah mata terhadap klan Madura. Keras lah, carok lah, ini itu lah. Lantas kalian tidak terima? Jangan. Berbagai stereotipe itu lahir karena ulah oknum-oknum seperti kalian yang destruktif ini.
Sekarang era digital. Orang-orang luar itu, dengan mudahnya kadang menilai Madura hanya dengan melihat makhluk-makhluk model kalian di medsos, bukan sosok Pak Mahfud MD, Pak Mun'im Sirry, Pak Zuhairi Misrawi, Islah Bahrawi, dlsb. Akibatnya, kesimpulan mereka tentang Madura ikut salah kaprah.
Maksud hati kalian mungkin ingin menegakkan syariat Islam. Itu tujuan mulia dan memang sepantasnya. Tapi kalian salah cara dan jalan. Ujung-ujungnya kalian hanya dimanfaatkan. Diadu domba. Orang yang kalian agung-agungkan di atas panggung itu tidak pernah teruji kapasitas kealimannya.
Kalau kalian mau berjihad di jalan Allah SWT, silakan. Tapi belajar agama dulu dengan benar, sampai tuntas, dan jangan salah memilih panutan. Salah milih guru atau panutan, kalian hanya akan tersesat, alih-alih berhasil menegakkan syariat. Sederhana saja, pilih guru yang luas ilmunya dan mulia akhlaknya.
Tidak usah jauh-jauh nyari panutan. Di Madura sendiri tak kekurangan kiai sepuh maupun muda yang benar-benar alim allamah dan berbudi pekerti luhur. Beliau-beliau menjalankan Islam dalam kesunyian, sehingga tak butuh validasi banyak orang. Silakan cari sendiri dan salin semua ilmunya.
Saya berkali-kali bilang, sebaiknya generasi muda Madura belajar aja deh dengan benar. Habiskan masa mudanya bersama ilmu dan buku. Sekolah, mondok, dan kuliah sampai tuntas. Sesekali perlu ngopi jauh. Berdiskusi dan berdialektika dengan beragam karakter dan budaya, agar mindsetnya terbuka.
Mohon maaf, kalau Anda sering mejumpai di Madura sampah berserakan di bukan tempatnya, kemacetan, ketidakteraturan berlalu lintas, dikit-dikit celurit, dikit-dikit bunuh, itu karena tingkat literasi masyarakatnya rendah. Dari sepuluh suku, Madura jadi suku pencetak sarjana paling sedikit (BPS, 2024).
Peradaban kita kehilangan arah. Tidak perlu ngaku-ngaku paling religius. Orang-orang sekuler di negara-negara maju ketawa terbahak-bahak melihat kita. Pendidikan adalah solusi terbaik atas itu semua. Dan pertahanan masyarakat Madura adalah ketika mereka mendayagunakan pikirannya dengan baik.
Salam,
Moh Rasyid
و الحمد للّه ربّ العالمين
صلّى اللّه على محمّد
No comments:
Post a Comment