HARTABUTA :
Ahad, 25-5-2025.
Saat Sang Patih Tumbang, Akhir dari Gajah Mada
"Ia membungkam nusantara dengan sumpah, tapi sejarah membungkamnya dengan luka."
Pada
masa kejayaannya, Gajah Mada berdiri tegap sebagai Mahapatih paling
berpengaruh dalam sejarah Nusantara. Dengan suara lantang ia mengucap:
"Saya tidak akan menikmati palapa sebelum seluruh Nusantara bersatu di bawah Majapahit."
Dan
sumpah itu bukan sekadar omong kosong. Ia menaklukkan kerajaan demi
kerajaan, mengibarkan panji Majapahit dari Sumatra hingga Maluku.
Ia bukan raja. Tapi kehendaknya melebihi titah raja.
Namun, di balik kejayaan, ada bayangan kelam yang mulai tumbuh...
Tahun 1357.
Sebuah
tragedi terjadi di Perang Bubat ketika pasukan Majapahit, atas perintah
Gajah Mada, memaksa rombongan pengantin dari Sunda untuk tunduk, bukan
bersatu dalam pernikahan politik.
Raja Sunda, beserta keluarga dan
pengawalnya, gugur dengan tragis. Putri cantik Dyah Pitaloka, calon
istri Hayam Wuruk, memilih mati daripada dipermalukan.
Majapahit menang secara militer,
tapi Gajah Mada kalah secara moral.
Rakyat Jawa Barat menaruh dendam.
Para bangsawan Majapahit mulai mempertanyakan arah kepemimpinannya.
Dan sang raja... Hayam Wuruk, diam antara kekecewaan dan loyalitas.
Sejak saat itu, Gajah Mada mengundurkan diri dari kehidupan politik.
Ia tidak dipecat, tapi perlahan disisihkan.
Ia
hidup menyepi, menjauh dari pusat kekuasaan, hingga ajal
menjemputnya... tanpa gelar, tanpa kemegahan, hanya dengan nama yang
kelak abadi dalam sejarah.
Gajah Mada memang jatuh...
Tapi gagasannya tentang persatuan Nusantara hidup jauh melampaui zamannya.
Ia
bukan manusia tanpa cela. Tapi ia adalah bukti bahwa sejarah besar
sering kali dibangun dari tekad kuat meski dengan harga yang mahal.
#gajamada #majapahit #bubat #jawa #sunda #hayamwuruk
No comments:
Post a Comment