HARTABUTA :
Ahad, 2-6-2024.
[2/6 07.00] +62 818-7..-8...:
Dia hanya belajar hadits dari buku, menelusuri perawi hadits hanya dari buku, bukan mempelajarinya dari guru. Manakala dia tidak menemukan keterangan seorang perawi di dalam kitab yang dibacanya, Albani langsung memutuskan tokoh ini tidak dikenal, dan menilai hadits yang diriwayatkannya palsu atau dhoif!
Inilah letak kesalahannya! Semua hadits telah melewati berbagai zaman, telah ditelusuri oleh ribuan ulama dan muhaddits dari berbagai generasi, dari abad ke abad, manakala mereka tidak mendhoifkan, meloloskan dan membiarkan, artinya hadits itu SHAHIH.
Dan untuk menjadi muhaddits itu tidak sembarangan, minimal seseorang harus mencapai derajat Al Hafidh, hapal 100.000 hadits beserta hukum sanad, matan, syarah, dan sejarah rawinya. Diatas Al Hafidh ada Al Hujjatul Islam, hapal 300.000 hadits beserta hukum sanad, matan, syarah, dan sejarah rawinya. Di atas Al Hujjatul Islam ada al Hakim hapal 400.000 hadits beserta hukum sanad, matan, syarah, dan sejarah rawinya. Di atas Al Hakim ada Al huffadh hapal 500.000 sampai 1 juta hadits beserta hukum sanad, matan, syarah, dan sejarah rawinya.
Diantara ulama yang mencapai derajat Al Hujjatul Islam adalah Imam Baihaqi, Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani, Imam Ibnu Hajar Al-Haitami, Imam Nawawi, Imam Ghazali, Imam Suyuthi, Syeikhul Islam Zakariyya Al Ansari, Imam Iraqi dan lain-lain
Diantara ulama yang mencapai derajat Al Hakim adalah Imam Syafii, Imam Hakim Naisaburi, Imam Darruquthni, Imam Ibnu Abdilbarr, Imam Darimi dll
Diantara ulama yang mencapai derajat Al Huffadh adalah Imam Ahmad bin Hanbal, Imam Malik, Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Daud, Imam Tirmidzi, Imam Annasai.
Manakala para muhaddits itu tidak mendhoifkan suatu hadits, meloloskan, membiarkan, meski tidak menuliskan, artinya hadits itu SHAHIH.
Karena sekecil apapun kerusakan pada hadits yg membahayakan umat, pastilah telah mereka telusuri dengan cermat dan sangat teliti.
Inilah yg tidak dipahami oleh penukil2 kitab seperti Wahabi!
Albani bahkan mungkin tidak ada sepersepuluh Al hafidh, derajat terbawah dari Muhaddits, hapal 100.000 hadits beserta hukum sanad, dll. Lebih-lebih bagi Al Hujjatul Islam.
100.000 hadits itu tidak mungkin dihapal dari kitab, karena jumlah hadits yg beredar disemua kitab tidak mencapai 50 ribu hadits.
Lalu bagaimana seorang Al Huffadh seperti Imam Ahmad bin Hanbal dapat mengafal 1 juta hadits? hadit mana yang dia hapal?
Hadits yang ia terima dari guru-gurunya secara lisan, bukan dari kitab!
Sekali lagi, Inilah yg tidak dipahami oleh penukil2 kitab seperti Wahabi!
Imam Ghazali tidak menuliskan sanad hadits pada hadits2 di kitab Ihya Ulumuddin nya, tetapi kalangan Ahlussunah waljamaah 4 mazhab tetap percaya hadits-hadits tsb sekalipun tidak tahu perawi hadits-hadits di kitab itu.
Karena mereka paham, Imam Ghazali adalah seorang ahli hadits yang telah mencapai derajat Al Hujjatul Islam. Tidak mungkin asal tulis. Yang seandainya kitab Ihya Ulumuddin penuh kedustaan, pastilah para hujjatul Islam lain dijamannya akan membantah secara beramai-ramai, juga para Hujjatul Islam dan para Alhafidh di jaman setelahnya, setelahnya dan setelahnya.
Maka ketika dimasa kini ada yg mengatakan kitab Ihya Ulumuddin penuh hadist palsu, Aswaja cukup tertawa.
Begitu pulalah dengan nasab Baalawi. Ketika muncul seseorang dimasa kini yang mengatakan nasab Baalawi palsu dengan hanya modal nukil2 kitab dan google, sementara dia bukanlah orang yang punya kapasitas dibidang tersebut, seperti Albani, kita cukup ketawa saja!!
[2/6 07.12] Mas Yusuf Group Siroh Wali 9:
KH. 'Imaaduddoin Menjiplak Kitaabnya Wahhaabyy
https://youtu.be/t6R9K-kc1KA?si=34BZugGWqek16R9p
و الحمد لله رب العالمين
صلى الله على محمد
No comments:
Post a Comment