HARTABUTA :
Rabu, 21-2-2024.
[12/1 14.20] SUHU PSPB RONGGOLAWEZ21: 📸 Lihat postingan ini di Facebook
https://www.facebook.com/share/p/RvJBc5W2rDwDe6ri/?mibextid=xfxF2i
Pangeran Sumende, Ronggawarsita, dan Kelestarian Ilmu Walisongo di Jawa
Jamaknya makam-makam anak-cucu Sunan Bayat, makam Pangeran Sumende di Setono, Tegalsari, Ponorogo, ini juga menggunakan bahan batu putih. Ukir-ukiran ragi hias di badan kijing nisannya juga tidak jauh berbeda dengan makam saudara-saudaranya di kawasan Bayat, Klaten. Misalnya makam Panembahan Minanglangse di Konang, Bayat, Klaten. Ragi hias tapak jalak yang berada di kijing makam Pangeran Sumende juga bisa ditemukan di Gapura Pangranten dan gapura lainnya di kawasan pasarean Sunan Bayat.
Di bagian nisan kaki bagian dalam terukir ragi hias surya suminar. Lalu di bagian nisan mustaka bagian dalam terdapat ragi hias ukiran surya "tidak utuh". Saya menyebutnya surya tigaperempat. Ketika menyaksikan hiasan ini, saya teringat pada hiasan surya tiga perempat yang terukir di kening Karna, tokoh Kurawa dalam kisah Mahabarata yang ditayangkan di televisi. Ukiran surya tigaperempat di pasarean ini juga dapat ditemukan dari nisan salah-satu makam di luar cungkup Pangeran Sumende. Sayangnya nisan itu sudah pecah.
Sedangkan ukiran ragi hias di bagian kakinya bermotif pucuk rebung. Adapun bagian tumpal yang bertumbuh di atas pinggang nisan ini berisen-isen lung-lungan. Sayangnya, batu nisan mustaka ini terkesan kurang terang dan halus. Mungkin karena telah lama dikerukupi mori. Berbeda dengan keadaan batu nisan kakinya yang masih mulus.
Pangeran Sumende merupakan tokoh jejaring penting kelangsungan dan keberlangsungan sanad ilmu Sunan Bayat di Jawa. Bagaimanapun, sanad, matan, dan amaliyah ilmu Walisongo melalui jalur Sunan Bayat telah terlestarikan di dalam khazanah Jawa-Islam hingga memasuki abad ke-19-20. Itu memungkinkan untuk terjadi salah-satunya karena upaya Ronggawarsita untuk nyantrik ke Ponorogo. Ia menyesap ilmu kepada Kyai Kasan Besari di Pondok Tegalsari. Kyai Kasan Besari adalah putra sekaligus murid Kyai Muhammad Ilyas. Kyai Muhammad Ilyas adalah putra sekaligus murid Kyai Ageng Muhammad Besari.
Kyai Ageng Muhammad Besari berguru kepada Kyai Ageng Raden Donopuro. Jika diurut dari atas, sanad dan silsilah dari Sunan Bayat ke Kyai Ageng Raden Donopuro dapat dilacak dengan sangat mudah. Sunan Tembayat → Panembahan Jiwo → Panembahan Minangkabul → Panembahan Masjid Wetan → Pangeran Sumendi I (Bayat) → Pangeran Sumendi II (Ponorogo) → Kyai Ageng Raden Donopuro.
Jadi, dapat dikatakan bahwa khazanah kewalisongoan melalui jalur Sunan Bayat yang melestari hingga kini di kawasan Jawa sekitarnya adalah jerih-keringat Ronggawarsito. Pujangga panutup ini menyesap ilmu Sunan Bayat di Ponorogo melalui susur-galur Pangeran Sumende yang diriwayatkan telah menempati kawasan ini sejak pertengahan abad ke-17. Tidak hanya itu, kakeknya Ronggawarsito, Sastranegara (Ronggawarsito I), juga menyesap ilmu Sunan Bayat melalui jalur Kyai Anggamaya. Kyai Anggamaya nyantrik kepada Kyai Ageng Muhammad Besari.
Wallahu a'lam.
Semoga Pangeran Sumende, keluarganya, seluruh yang dimakamkan di pasarean Setono, serta para pembuat kijing-nisan mereka diampuni oleh Allah swt, disyafaati oleh Kanjeng Rasulullah saw, dijauhkan dari fitnah kubur, dan dimasukkan ke dalam surga.
Linnabi walahumul Fatihah..
Shollallahu ngala Muhammad..
*Terima kasih untuk Mas Arif Muzayin Shofwan atas penjelasan alur sanad dan silsilah Bayat.
Ùˆ الØمد لله رب العالمين
صلى الله على Ù…Øمد
No comments:
Post a Comment