HARTABUTA :
Kamis, 16-11-2023.
[16/11 17.34] SUHU PSPB RONGGOLAWEZ21: Ki Ageng Gribig, Ki Ageng Krapyak I bin P. Santri bin Ki Ageng Pemanahan
https://www.facebook.com/groups/2238151459695598/permalink/2715211128656293/?mibextid=Nif5oz
[16/11 17.34] SUHU PSPB RONGGOLAWEZ21: Kyai Ageng Gribig: Wali Pengkonfirmasi Wahyu Keratuan Sultan Agung
Sejak kapan peradaban Islam di Jatinom, Klaten dibuka? Siapa tokoh-tokohnya? Kita akan memulai dari penelusuran nasab Kyai Ageng Gribig dan para sesepuh yang dimakamkan di Jatinom. Dimulai dari seorang sepuh bernama Joko Dolok. Ia adalah anak ke 117 Prabu Brawijaya V/Raden Jaka Alit/Arya Angkawijaya, raja ketujuh Majapahit (Serat Salasilah, 1899: 12).
Di era Majapahit akhir, Joko Dolok bertapa di pinggir Kali Progo. Di situ ia mendapat atau memakai nama Wasi Bageno. Lalu setelah masuk Islam di bawah bimbingan Sunan Bayat dan Sunan Kalijaga, ia diperintahkan untuk menempati wilayah Jatinom. Di situlah ia akan menurunkan trah para Ratu dan pembesar tanah Jawa. Dikabarkan peristiwa itu terjadi pada Suryasengkala 1414 atau Candrasengkala 1457 (Serat Salasilah, hlm. 31-32).
Kyai Ageng Gribig, yang makamnya saat ini sering diziarahi oleh banyak umat, adalah keturunan keempat Joko Dolok. Urutan nasabnya adalah: Joko Dolok/Wasi Bageno → Wasi Jiwa/Pangeran Rangkaknyana → Kyai Ageng Getayu → Kyai Ageng Gribig (Serat Salasilah, hlm. 304-305).
Dari jalur Joko Dolok ini, melalui Kyai Ageng Urang Jati, kelak akan lahir seorang wali besar yang menjadi penghulu Mataram Islam era Sultan Agung, yaitu Kyai Kategan. Silsilah Kyai Pengulu Kategan hingga bertemu dengan jalur Jatinom adalah sebagai berikut: Prabu Brawijaya → Raden Bondan Surati → Nyai Urang Jati + Kyai Urang Jati → Kyai Laler Mengeng → Kyai Tunggul Wulung → Kyai Glagah Redi Kidul → Kyai Suwela → Kyai Wangsawijaya (Kyai Kategan I) → Kyai Kategan Sinemi (Kyai Kategan II).
Kyai Ageng Gribig yang makamnya berada di cungkup tertutup di barat mihrab Masjid Jatinom adalah tokoh yang hidup pada masa Sultan Agung Hanyakrakusuma. Diperkirakan ia lahir pada tahun 1400 akhir atau 1500 awal. Lalu meninggal di masa Sultan Agung Hanyakrakusuma atau sekira tahun 1600-an awal. Kyai Ageng Gribig menikah dengan Ratu Mas binti Kyai Ageng Krapyak, tokoh yang hidup pada masa Sultan Agung Hanyakrakusuma (Serat Salasilah, hlm. 305).
Siapa itu Kyai Ageng Krapyak? Dalam silsilah Kyai Ageng Gribig yang disusun oleh sedulur Malahad Jatinom, tokoh ini disebut sebagai Panembahan Sedo Krapyak/Prabu Adi Hanyakrawati. Namun, hemat saya, Kyai Ageng Krapyak ini adalah tokoh yang berbeda dengan Prabu Hanyakrawati. Sementara, berdasarkan data perihal tokoh-tokoh yang disebut “Kyai Ageng Krapyak” dan “yang hidup pada masa Sultan Agung, saya menduga sosok ini adalah Kyai Krapyak I bin Pangeran Singasari/Raden Santri bin Kyai Ageng Pamanahan. Kyai Krapyak I makamnya di Santren, Magelang. Sedangkan ayahnya, Raden Santri, makamnya di Gunungpring, Magelang.
Bagaimana hubungan Kyai Ageng Gribig dan Sultan Agung? Kyai Ageng Gribig “berfungsi” sebagai wali yang men-tashih atau meng-isbat atau mengkonfirmasi wahyu/ilham keratuan yang diterima Sultan Agung ketika masih nyantri di Jatinom. Dengan demikian, Kyai Ageng Gribig kira-kira dapat disebut sebagai mursyid sang ratu besar Mataram Islam itu. Hal ini diceritakan di dalam "Babad Nitik Sultan Agungan".
Kapan wahyu keratuan itu turun? Tepat pada Selasa Kliwon, 15 Sapar. Lalu peristiwa isbat atau konfirmasi turunnya wahyu Sultan Agung ini bertepatan dengan saat baru “turunnya” Kyai Ageng Gribig dari berhaji ke Makkah dan membawa “oleh-oleh” berupa kue apem, yaitu pada Jumat Legi di bulan Sapar itu juga. Kyai Ageng Gribig kemudian meminta isterinya untuk membuat seribu kue apem. Sebagai ungkapan slametan atas wahyu yang sudah turun. Kue apem itu pun dibagikan kepada para santri pondok dan penduduk sekitar. Kyai Ageng Gribig menyebut slametan ini dengan istilah “ongkowiyu”, dari istilah “angka-wahyu”. Dalam pelafalan selanjutnya, upacara ini diadaptasi ke dalam bentuk zikir Asmaul Husna: Ya Qowiyyu (Serat Salasilah, hlm. 304-305).
Wallahu a’lam.
Foto di bawah ini adalah gambar nisan Kyai Ageng Gribig dan Nyai Ageng Gribig. Ditinjau dari bentuk-rupa nisannya, tampak bahwa keduanya adalah Nisan Hanyakrakusuman, yaitu nisan yang diproduksi pada zaman Sultan Agung Hanyakrakusuma.
Semoga Kyai Ageng Gribig dan keluarga besarnya, anak turunnya, semua muslimin-muslimat yang dimakamkan di Pasarean Gribig Jatinom dan para pembuat kijing-nisan mereka diampuni oleh Allah swt, disyafaati oleh Kanjeng Rasulullah saw, dijauhkan dari fitnah kubur, dan dimasukkan ke dalam surga.
Linnabi walahumul Fatihah
Shollallahu ngala Muhammad…
و الحمد لله رب العالمين
صلى الله على محمد
No comments:
Post a Comment